Visa India Ditolak 2 Kali, Usaha yang Pantang Menyerah!
- Bakuyyyy
- 21 Jun
- 9 menit membaca
Diperbarui: 28 Jun
Halo teman-temankuy, kali ini Bakuy mau berbagi pengalaman Bakuy dalam mengajukan permohonan e-visa turis ke negara India. Pengalaman ini masih baru banget karena masih di tahun 2025, jadi Bakuy cukup yakin masih lumayan relevan kalau teman-temankuy baca sekarang.
Sebagai gambaran, Bakuy memang punya rencana untuk mengunjungi India. Hanya saja, Bakuy masih menunggu waktu yang tepat karena kebetulan Bakuy masih harus persiapan untuk mengajukan visa Schengen, Irlandia, dan UK di bulan September (yup, Bakuy akan apply visa semuanya sekaligus di bulan yang sama). Soalnya teman-temankuy juga pasti tahu kan kalau visa-visa ini mewajibkan kondisi keuangan yang stabil, makanya agak takut kalau tiba-tiba Bakuy pergi dan malah bikin rekening jadi carut-marut. Apalagi bulan Mei kemarin Bakuy baru aja pergi ke Lebanon. Jadi kondisi keuangan masih nyut-nyutan hehe...
Jadi, mungkin Bakuy baru akan pergi ke India di awal tahun depan. Tapi Bakuy harus mengajukan visanya dari sekarang. Kenapa? Karena mumpung gratis!
Per Juni 2025, warga negara Indonesia dibebaskan dari biaya pembuatan e-visa ke India. Udah gitu, masa berlaku e-visa juga panjang banget! Bakuy khawatir kalau Bakuy bikinnya nanti-nanti, malah keburu ada perubahan kebijakan dan warga negara Indonesia malah dikenakan biaya lagi untuk pengajuan e-visa ke India. Oleh sebab itu, Bakuy pun memutuskan untuk mengajukan mulai dari sekarang!
Nah, tanpa banyak cingcong lagi, langsung aja Bakuy mulai ke pembahasan yaa...
Pengajuan Permohonan e-Visa
Keunggulan dari pengajuan e-visa India, sesuai namanya, adalah seluruh rangkaian prosesnya mulai dari pengajuan sampai persetujuan sepenuhnya dilakukan secara daring. Teman-temankuy tidak perlu datang ke kedutaan maupun pihak ketiga seperti VFS maupun TLS. Berbeda dengan Kanada, pengambilan data biometrik untuk India juga dilakukan di titik kedatangan di India, bukan di VFS tempat visa diajukan. Jadi, teman-temankuy yang tinggal di luar Jabodetabek tidak perlu repot-repot pergi ke Jakarta hanya untuk mengurus visa.

Teman-temankuy cukup membuka portal pengajuan e-Visa di situs resmi milik pemerintah India di sini. Teman-temankuy harus sangat berhati-hati karena ada banyak sekali portal palsu yang berseliweran. Jangan sampai teman-temankuy salah portal karena bisa-bisa menimbulkan data diri teman-temankuy bocor semua. Apalagi informasi yang diminta sangat sensitif seperti nama ibu, alamat lengkap, nomor ponsel, dan (kalau teman-temankuy kurang cermat) bisa sampai nomor kartu dan CVV dari kartu kredit!
Setelah teman-temankuy masuk ke portal yang Bakuy lampirkan di atas, teman-temankuy tinggal pilih opsi 'Apply here for e-visa'. Selanjutnya, teman-temankuy hanya tinggal menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada portal tersebut.
Sudah.
Haha, iya memang cuma segitu aja panduannya, karena selanjutnya hanyalah pertanyaan-pertanyaan standar sesuai situasi dan kondisi teman-temankuy sahaja. Paling yang agak-agak bikin alis naik itu :
Di segmen Personal Particulars, ada pertanyaan tentang 'Identification marks'. Kalau Bakuy artikan ini semacam penanda yang menjadi ciri khas fisik teman-temankuy. Misal, ada tahi lalat di dahi yang cukup besar, atau ada bekas luka di pipi. Intinya, apakah teman-temankuy memiliki ciri fisik yang berbeda dari orang lain. Bakuy sih gaada jadi Bakuy isi aja 'None',
Di segmen Profession/Occupation Details, ada pertanyaan tentang 'designation'. Ini artinya 'rank' atau 'role', yang bukan lain adalah posisi teman-temankuy di tempat teman-temankuy bekerja. Contohnya misal finance manager, procurement staff, head of human resource, engineering supervisor, business development assistant manager, dll. Pokoknya posisi yang teman-temankuy miliki di organisasi perusahaan yang tentunya harus sesuai dengan surat keterangan kerja (jika nanti diminta).
Di luar pertanyaan-pertanyaan itu, sisanya semua adalah pertanyaan standar yang bisa dijawab dengan mudah. Dokumen yang harus diunggah juga minimal sekali, yaitu hanya pindaian halaman identitas paspor dan pas foto latar belakang putih (tapi bajunya engga boleh putih yaa).
Note : tips dari Bakuy, pada kolom daftar negara yang pernah dikunjungi, teman-temankuy maksimal hanya bisa menyebutkan 20 negara sahaja. Saran Bakuy, kalau teman-temankuy cukup berpengalaman dalam bepergian dan sudah punya cukup banyak negara yang telah dikunjungi, lebih baik jangan terlalu banyak menyebutkan negara-negara Arab, Turki, ataupun Tiongkok. Berdasarkan informasi yang Bakuy dapatkan dari turis-turis lain, mereka yang mencantumkan banyak negara Arab, Turki, atau Tiongkok biasanya akan diminta prosedur lebih lanjut. Nah, prosedur lebih lanjutnya itu apa, simak terus sampai selesai yaa...
Nah, dulu tingkat persetujuan e-visa India ini sangat tinggi. Bahkan, banyak yang sudah disetujui dalam waktu kurang dari 24 jam. Sayangnya, mulai awal tahun 2025 ini, sepertinya India mulai memperketat pengawasan mereka. Sekarang akan banyak sekali teman-temankuy menemukan cerita dari orang yang permohonan e-visanya ditolak dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan, ada yang langsung diarahkan ke visa melalui kedutaan India yang harganya IDR 1.6 juta. Ada juga yang dikenakan prosedur tambahan (seperti Bakuy), yang diminta mengirimkan beberapa informasi tambahan lewat surel. Banyak sekali yang pada akhirnya ditolak permohonannya setelah mengirimkan dokumen yang diminta, sehingga ada persepsi kalau mereka yang diminta mengirimkan tambahan dokumen lewat surel ini sudah 75 persen ditolak nantinya.
Namun, apakah benar demikian? Yuk simak pengalaman Bakuy yang permohonannya ditolak 2 kali dan baru akhirnya disetujui setelah percobaan ketiga hehe...
Penolakan Pertama
Pada penolakan pertama ini, Bakuy memang agak terlalu meremehkan. Dengan bekal riwayat perjalanan Bakuy yang sangat kuat ditambah riwayat imigrasi yang baik di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Korea Selatan, Bakuy sempat memandang pengawasan India sebelah mata. Maka, Bakuy pun mulai melakukan pengisian data secara daring sambil berpikir keesokan harinya pasti e-visa sudah disetujui. Waktu itu Bakuy agak jumawa langsung minta visa yang 5 tahun.

Keesokan harinya, Bakuy agak terkejut waktu menerima surel yang mengharuskan Bakuy mengirim dokumen pendukung tambahan dalam waktu 24 jam. Sempat agak cemas, memang, tapi berhubung toh gratis dan belum beli tiket juga, maka Bakuy pun masih bisa tenang dan mulai mempersiapkan dokumen tersebut. Syukurlah Bakuy bisa menyelesaikan dalam waktu 24 jam. Bakuy pun membalas surel tersebut dengan dokumen-dokumen yang diminta. Bakuy tambahkan juga cover letter untuk menjelaskan alasan kenapa Bakuy butuh e-visa 5 tahun (isinya ngebacot yang intinya bilang kalau India negara besar dan cuti saya setahun hanya 15 hari, jadi saya harus mengajukan permohonan berkali-kali kalau mau ke India).
Ga sampai 24 jam, hasilnya keluar. Dan... ditolak.
Pada saat itu Bakuy sempat agak syok. Permohonan e-visa Bakuy belum pernah ditolak sebelumnya. Sri Lanka, Turki (sebelum bebas visa), Azerbaijan (ga jadi berangkat), Suriname, Iran (sebelum bebas visa), Armenia, Bahrain... semuanya disetujui. Bahkan Bahrain yang mensyaratkan saldo minimal USD 1000 sedangkan Bakuy waktu itu hanya setengahnya pun tembus! Ini kenapa India bisa gagal? Alasan penolakannya : no/wrong response to our e-mail within 48 hours...

Tapi waktu itu Bakuy engga banyak ambil pusing karena di saat yang nyaris bersamaan, Bakuy terkena musibah mahadahsyat yaitu kepergian ibundanya Bakuy untuk selamanya :) jadi, Bakuy engga ada waktu untuk memikirkan perkara e-visa India karena Bakuy terjatuh dalam rasa kehilangan lain yang luar biasa dalam dan tanpa batas...
Note : pada saat itu prosesnya agak lama, karena Bakuy mengajukan tanggal 23 Maret dan baru diminta tambahan dokumen tanggal 31 Maret. Bakuy balas surelnya di hari yang sama, dan ga sampai 24 jam kemudian langsung dapat kabar kalau visanya Bakuy ditolak.
Penolakan Kedua
Setelah Bakuy akhirnya mulai berdamai dengan rasa duka dan mulai menata kehidupan Bakuy kembali, barulah Bakuy memikirkan lagi tentang e-visa India ini. Tapi, waktu itu Bakuy sempat agak naif. Bakuy tetap menolak mengakui bahwa ada yang salah dengan permohonan Bakuy. Bakuy termakan oleh arogansi yang merasa tidak mungkin Bakuy ditolak e-visa India padahal Bakuy uda pernah ke Amerika Serikat dan Kanada. Bakuy tau ini adalah arogansi yang salah, mengingat India adalah negara yang sama sekali berbeda dengan Amerika Serikat dan Kanada tidak peduli seberapa majunya kedua negara tersebut.
Bakuy pun mengulang kembali mengisi aplikasi pada portal yang sama. Kali ini, bedanya Bakuy menurunkan durasi validitas visanya dari 5 tahun jadi 1 tahun. Pikir Bakuy, mungkin Bakuy dimintai tambahan dokumen karena Bakuy minta visa yang durasinya terlalu lama. Mungkin kalau 1 tahun sahaja, permohonannya akan lebih mudah.
Di luar daripada itu, semuanya sama persis dengan pengajuan Bakuy yang pertama.
Bakuy mengirimkan permohonan pada tanggal 8 Juni, dan oh ternyata, keesokan harinya Bakuy kembali mendapatkan surel yang meminta tambahan dokumen. Persis seperti di pengajuan pertama, hanya berkurang satu dokumen sahaja yaitu dokumen yang menjustifikasi mengapa Bakuy meminta visa jangka panjang.

Lagi-lagi, Bakuy berasumsi kalau permohonan pertama ditolak karena Bakuy meminta 5 tahun. Mestinya kali ini tidak ada masalah karena Bakuy hanya meminta 1 tahun. Mungkin Bakuy dikenakan prosedur tambahan ini karena pihak konsuler curiga kenapa Bakuy menurunkan durasi validitas dari 5 tahun ke 1 tahun.
Maka, Bakuy pun sekali lagi melampirkan dokumen yang sama termasuk cover letter yang isinya Bakuy ganti jadi tujuan Bakuy ke India itu apa, tempat-tempat yang mau dikunjungi, serta menjelaskan kalau Bakuy datang ke sana sendiri.

Pada tanggal 11 Juni atau 2 hari kemudian, Bakuy pun mendapat kabar kalau permohonan Bakuy, sekali lagi, ditolak. Alasannya lagi-lagi 'no/wrong response to our e-mail within 48 hours'.
Pengajuan Ketiga
Penolakan kedua merupakan pukulan telak untuk seorang Bakuy. Kali ini, Bakuy benar-benar tertampar realita bahwa ditolaknya visa Bakuy bukan karena durasi visa, tapi murni karena ada yang salah dengan permohonan Bakuy. Bakuy pun mulai mencari-cari pengalaman turis lain yang pernah mengalami insiden serupa seperti Bakuy, dan setelah melakukan riset cukup dalam, Bakuy menemukan satu orang yang Bakuy rasa paling relevan dan bisa Bakuy jadikan acuan.
Bakuy yang tadinya masih dalam mode nothing to lose berubah menjadi mode furious. Bakuy pun mengajukan aplikasi lagi untuk durasi validitas 1 tahun tapi kali ini dengan ketelitian level tertinggi. Tapi, ya, sebenernya engga ada yang berubah juga, karena toh semuanya kan tentang data diri. Satu-satunya yang Bakuy ganti adalah riwayat perjalanan, di mana Bakuy tidak menyebutkan satupun negara Arab, Turki, maupun Tiongkok. Untunglah, Bakuy sudah mengunjungi 36 negara, dan maksimal negara yang disebut adalah 20. Jadi, Bakuy cukup punya cadangan negara untuk disebutkan. Kalau nanti di imigrasi ditanya, tinggal bilang aja 'aku mau sebutin, tapi situs kamu cuma bisa maksimal 20 negara ya mau gimana lagi?' aku cuma sebutin aja yang asal aku inget haha.
Oh iya, Bakuy juga engga pakai surel yang Bakuy pakai di dua permohonan sebelumnya. Di percobaan yang ketiga ini, Bakuy pakai surel Bakuy yang lain.
Bakuy resmi mengajukan permohonan ketiga pada tanggal 17 Juni. Baru dapat respon lagi tanggal 19 Juni. Dan, sudah Bakuy duga, lagi-lagi diminta dokumen yang sama persis seperti permohonan kedua haha. Oops, tapi kali ini Bakuy jauh lebih teliti. Bakuy bacain lagi dokumen yang diminta satu per satu dengan sangat hati-hati.
Ternyata oh ternyata, ada kemungkinan jangan-jangan selama ini permohonan Bakuy ditolak karena ada satu dokumen yang belum Bakuy lampirkan. Pada poin pertama, jelas-jelas mereka meminta 'details of your present & previous occupation', sedangkan Bakuy hanya melampirkan surat keterangan kerja dari kantor yang sekarang. Padahal, Bakuy juga diwajibkan memiliki bukti dari kantor sebelumnya. Maka, kali ini Bakuy juga lampirkan surat referensi dari kantor lama yang Bakuy terima setelah mengundurkan diri.
Di samping kelengkapan dokumen, rupanya cara menjawab juga sangat diperhatikan. Pada permohonan sebelumnya, Bakuy hanya mengirim surel biasa dengan menyebut 'here attached the required documents' padahal pihak konsuler itu sangat sibuk. Mereka ga punya waktu untuk memikirkan 'oh PDF ini untuk ini, yang ini untuk ini, dst'. Mereka mau tiap-tiap poin dijawab satu per satu dengan jelas!
Nah, jadi cara jawabnya, teman-temankuy harus bikin poin-poin persis seperti yang diajukan. Misal, Bakuy diminta 5 poin, ya Bakuy jawabnya nanti di badan surel harus per poin 1 sampai 5. Bagaimana kalau poinnya didukung dengan lampiran PDF? Ya sebutkan dengan jelas. Misal poin nomor 1. Kan diminta bukti pekerjaan tuh, otomatis pasti butuh PDF dong? Yauda, lampirin aja PDF nya tapi jangan lupa PDF nya diganti namanya jadi misal 'Att. 1 - Present and Previous Occupation' trus di poin 1 jawab aja 'please refer to my employment certificate for my current occupation, as well as employment reference for my previous occupation as attached in "Att - 1 Present and Previous Occupation'".
Gimana dengan pertanyaan yang ga butuh lampiran PDF? Misalnya poin nomor 4 itu kan diminta identitas sponsor kan. Yaudah jawab aja jujur di poin 4 misal, 'I will be travelling alone and independent during my whole trip to India. Hence, since I am a tourist, I have no verifier/sponsor in India except the hotel where I will be staying in Point 5'.
Ingat, semuanya harus saling terhubung dan menjawab satu sama lain. Cover letter sudah engga lagi Bakuy lampirkan pada percobaan ketiga ini, karena Bakuy sudah menjelaskannya secara singkat, padat, dan jelas pada badan surel. Seluruh lampiran juga Bakuy namai 'Att.' diikuti angka supaya pihak konsuler mudah dalam menemukan lampiran mana untuk mendukung poin yang nomor berapa.
Tak lebih dari 24 jam kemudian, Bakuy pun mengirimkan surel ini. Entah kenapa, kali ini Bakuy lebih optimis. Dokumennya memang sama sahaja seperti sebelum-sebelumnya, bahkan berkurang karena Bakuy tak lagi melampirkan cover letter. Tapi entah kenapa, Bakuy merasa jawaban Bakuy yang sekarang lebih profesional, serius, dan bertanggung jawab.

Tepat 1 hari setelahnya, Bakuy pun mendapatkan surel yang menyatakan kalau permohonan e-visa Bakuy disetujui! Wow, akhirnya, setelah tiga kali percobaan, e-visa India pun sukses Bakuy dapatkan! Hati langsung luar biasa lega. Ternyata, memang, cara menjawab dan detil dokumen harus benar-benar diperhatikan.

Jadi, untuk teman-temankuy yang hendak mengajukan e-visa ke India tapi sempat ditolak, jangan putus asa! Ikuti sahaja rekomendasi yang Bakuy jabarkan di atas dan, tentunya, jangan lupa berdoa!
Komentar