Mengurus Visa Lebanon yang Akhirnya Gol!
- Bakuyyyy
- 28 Jun
- 7 menit membaca
Bakuy sudah berkali-kali menekankan pada setiap orang yang Bakuy kenal bahwa pengurusan visa yang tersulit, berdasarkan pengalaman Bakuy, bukanlah visa Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, maupun Korea Selatan. Visa paling sulit yang pernah Bakuy buat adalah visa Lebanon!
Sebelumnya, Bakuy sudah pernah mencoba mengurus visa Lebanon. Pada portal resmi kedutaan Lebanon (yang kini sepertinya sudah non-aktif), memang diwajibkan untuk melampirkan invitation letter dari Lebanon untuk mendapatkan visa, bahkan walaupun tujuannya hanya sebagai turis. Karena tidak percaya, Bakuy pun tetap nekat untuk mengajukan dan hasilnya sudah tentu : ditolak! Bagi teman-temankuy yang belum mengikuti kisahnya, bisa sila baca di sini.
Akan tetapi, seorang Bakuy bukanlah seseorang yang pantang menyerah! Bakuy sangat ingin mengunjungi Lebanon. Negara mungil di pesisir Mediterania ini merupakan salah satu negara yang wajib banget Bakuy datangi apapun persyaratannya. Namun, butuh waktu bertahun-tahun kemudian hingga akhirnya Bakuy memantapkan diri kembali untuk mencoba menjajaki keberuntungan. Namun, kali ini, Bakuy benar-benar harus punya persiapan matang.
Strategi pertama, tentu saja Bakuy harus terlebih dahulu mempelajari pengalaman orang-orang yang pernah mengunjungi negara ini. Sayangnya, hampir semuanya datang memang untuk keperluan bisnis atau pemerintahan. Jadinya mereka tentu sudah punya undangan dari instansi yang berdomisili di Lebanon. Pernah juga dengar desas-desus dari sesama traveller lain, tapi mereka tidak menanyakan bagaimana mereka bisa dapat visa ke sana.
Ada lagi satu keluarga yang pernah ke Lebanon, Bakuy sempat tanya, eh malah Bakuy di-gas. Dibilang kalau 'semua negara boleh mendapatkan kemudahan visa ke Lebanon'. Bakuy tekankan lagi kalau kedutaan Lebanon di Jakarta sendiri yang mengeklaim harus ada invitation, eh malah Bakuy di-gas balik lagi (sumpah balasan komen-nya sangat, sangat tidak mengenakkan) yang berkesan seolah-olah Bakuy ini malas membaca atau berniat 'melakukan sesuatu yang ilegal'. Entahlah kenapa dia begitu arogan. Setelah Bakuy cari tahu lebih dalam, sepertinya dia bisa dapat kemudahan visa karena dia bekerja di Kuwait dan mengajukan permohonan visa dari sana. Sepengetahuan Bakuy, Lebanon memang mempermudah visa bagi warga negara asing yang bekerja dengan posisi tertentu di negara-negara Gulf Cooperation Council/GCC (Arab Saudi, Qatar, UEA, Bahrain, Oman, dan Kuwait).
Tak patah semangat, Bakuy pun lihat kalau traveller legendaris Indonesia, yakni Trinity the Naked Traveller, juga sempat pergi ke Lebanon. Setelah Bakuy ikuti ceritanya di Instagram, ternyata beliau sempat menjadi tamu di KBRI Beirut. Otomatis Bakuy berasumsi kalau beliau mendapat invitation dari KBRI Beirut. Bakuy juga sempat mendengarkan perbincangan Helmy Yahya dengan Fe Angka di sini. Beliau cerita kalau ia juga sempat pergi ke Irak dan visanya dibantu invitation dari KBRI Baghdad.
Dengan berbekal ini, Bakuy pun memberanikan diri untuk mengirim surel ke KBRI Beirut. Isi surelnya, intinya, Bakuy ceritakan kalau Bakuy ini murni mau jalan-jalan, dan Bakuy sudah lama banget mengincar negara Lebanon sebagai destinasi. Bakuy juga sebutkan destinasi yang ingin Bakuy datangi di sana berikut portofolio perjalanan Bakuy. Sempat dibalas dan katanya sedang diteruskan ke pihak terkait, tapi lama banget Bakuy tungguin uda gaada kabar lagi haha. Entahlah, mungkin sedang lupa. KBRI Baghdad juga Bakuy kirimi surel btw, dan mereka tidak menyarankan untuk pergi ke Irak karena tidak stabil (padahal banyak turis-turis Eropa yang berdatangan dan bikin video di sana). KBRI Kuwait juga Bakuy kirimi surel karena visa Kuwait termasuk sulit buat pemegang paspor biasa Indonesia. Eh, jawabannya tak acuh banget malah disuruh ngurus ke hotel-hotel berbintang. Yeu... gue juga bisa ngurus kalau segampang itu, beb! Dari ketiga kedutaan ini, Bakuy jadi curiga apa jangan-jangan orang kedutaan itu engga tau kalau akses WNI ke negara yang mereka cakupi itu sulit. Atau engga peduli (?) entahlah...
Oke, long story short, akhirnya Bakuy putuskan kalau Bakuy engga bisa berharap pada bantuan sesama orang Indonesia. Dengan kata lain, Bakuy harus mencari pertolongan dari orang asing. Dan orang asing tersebut tak lain tak bukan adalah warga negara Lebanon sendiri.
Mulai-lah Bakuy melakukan perburuan ke agen-agen perjalanan yang ada di Lebanon. Ini susah banget, omong-omong, karena agen perjalanan di Lebanon itu umumnya mengurus orang Lebanon yang hendak bepergian ke luar negeri, bukan sebaliknya. Semua agen yang ngurus turis asing ke Lebanon hampir semuanya menolak permintaan Bakuy. Mereka terbiasa mengurus turis-turis dari negara-negara maju seperti Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Dan negara-negara ini tentunya mendapat fasilitas kemudahan visa (Visa on Arrival), tidak seperti paspor Indonesia yang tidak dipercaya ini. Puluhan agen perjalanan Bakuy kontak lewat surel dan WhatsApp, dan semuanya menolak.
Tapi, Bakuy akhirnya menemukan satu agen yang bersedia membantu. Agen ini belum sebesar agen-agen yang lain, dan sepertinya dia dikelola perorangan. Sebetulnya, Bakuy pernah mengirim surel ke agen ini tahun 2017 lalu, tapi karena penasaran dan info simpang-siur dari kedutaan Lebanon, Bakuy memutuskan untuk engga jadi pakai jasa mereka. Eh, sekarang Bakuy malah kirim lagi ke mereka dan mereka masih mau bantuin!

Dia cuma nanya untuk berapa orang dan berapa tur yang akan diambil. Bakuy bilang kalau Bakuy cuma akan pergi sendirian dan akan ambil 7 tur plus layanan antar-jemput bandara bersama mereka (mereka punya beberapa paket, dan tiap paket membutuhkan waktu satu hari). Tanpa cangcingcong, kami pun sepakat. Bakuy diminta untuk mengirim detil paspor dan penerbangan masuk-keluar Lebanon supaya dia bisa mengurus invitation letter. Agak deg-degan sih, ngasih informasi ke orang asing yang belum pernah ketemu sama sekali, tapi ya mau gimana lagi? Ini satu-satunya cara. Take it, or leave it!
Note : sebagai tanda jadi, Bakuy diminta untuk melakukan pembayaran sejumlah setengah dari total biaya yang telah disepakati. Opsi pembayarannya ada dua yaitu semacam link Visa, satunya lagi pakai crypto USDT. Jangan curiga dulu, hal ini dikarenakan Lebanon lagi krisis finansial makanya mereka engga percaya sama perbankan di sana. Karena Bakuy takut nge-klik link-link dari orang asing, ya Bakuy putuskan untuk pilih pakai USDT sahaja yang Bakuy familiar.
Beberapa hari kemudian, dia pun mengirim surel yang isinya adalah invitation letter berbahasa Arab untuk Bakuy. Bakuy yang gampang curiga ini sebelum menyerahkan surat itu ke kedutaan, memutuskan untuk mengecek dulu isi dari surat tersebut. Caranya tinggal minta bantuan ChatGPT aja haha. Ya waspada dong, takutnya Bakuy di sana dijual ke Suriah kan ngeri, ya?
Ternyata isinya kurang lebih adalah bahwa dia menjamin keberadaan Bakuy selama di Lebanon secara pidana, perdata, dan finansial, dan bahwa Bakuy ke sana untuk keperluan wisata. Surat tersebut ditandatangani oleh si pemilik agen, disahkan oleh notaris, dan distempel oleh sebuah institusi di Beirut yang namanya La Surete Generale. Ya ampun, gini amat ya jadi WNI? Pantes aja agen-agen lain ga mau, soalnya tanggung jawabnya sebesar ini dan mereka ga mau ambil resiko untuk profit yang engga seberapa bagi mereka.
Setelah memastikan kalau isinya aman, Bakuy pun mempersiapkan persyaratan-persyaratan lainnya yaitu :
Invitation letter,
Rekening koran 3 bulan terakhir,
Surat keterangan kerja,
Kartu keluarga,
Fotokopi paspor bagian identitas dan stempel-stempel serta visa-visa yang pernah didapat,
Reservasi akomodasi selama di Lebanon,
Tiket PP (boleh dummy),
Pas foto ukuran 4x6 berwarna, latar belakang putih,
Visa application form (ini bisa minta pas ke kedutaan sahaja untuk format paling baru).
Untuk dokumen yang selain invitation sih gampang, ya, kayaknya engga dicek juga deh sama kedutaan. Mereka cuma peduli sama invitation letter-nya sahaja.

Kalau semua dokumen sudah dilengkapi, teman-temankuy bisa langsung pergi ke kantor Kedutaan Lebanon di Jakarta di daerah Kuningan. Kantornya engga yang gimana-gimana. Sederhana banget kayak rumah-rumah orang kaya pada umumnya. Sesampainya di sana, staf kedutaan akan mengecek kelengkapan dokumen. Staf-nya bisa bahasa Arab, jadi dia juga akan membaca invitation letter milik teman-temankuy. Kalau sudah lengkap, teman-temankuy akan diizinkan pulang. Nanti teman-temankuy bakal dikontak lewat WhatsApp kalau permohonan visanya sudah disetujui untuk melakukan pembayaran sejumlah USD 88. Tenang, stafnya akan membantu mengonversi ke rupiah (dengan rate mereka tentu sahaja) jadi teman-temankuy bisa langsung transfer sahaja ke rekening yang mereka berikan nanti (Bakuy waktu itu dikasih rekening Bank Muamalat).
Wawancara Langsung dengan Duta Besar
Jadi, setelah insiden penolakan tahun 2017 kemarin, Bakuy sudah dua kali mengurus visa ke Lebanon yakni di Agustus 2024 untuk keberangkatan bulan November 2024, dan April 2025 untuk keberangkatan Mei 2025. Kenapa kok sampai dua kali? Karena Bakuy batal berangkat yang tahun 2024 akibat perang Israel-Hezbollah. Padahal pada saat itu visa sudah di tangan dan bener-bener uda tinggal berangkat sahaja. Bener-bener ya ini Lebanon... kok kayak susah banget gitu sih untuk Bakuy menginjakkan kaki ke negara ini?
Nah, untuk yang tahun 2024 ini permohonan visanya lancar jaya. Bahkan, cuma butuh waktu satu hari sahaja untuk Bakuy mendapat kabar kalau visa telah disetujui. Tapi untuk yang tahun 2025, tepat sore hari setelah Bakuy menyerahkan dokumen, Bakuy mendapat pesan WhatsApp yang intinya meminta Bakuy untuk datang keesokan paginya untuk melakukan wawancara langsung dengan Bapak Duta Besar. Oh, my God! Kenapa lagi ini???

Usut punya usut, ternyata duta besar yang kali ini masih baru banget bertugas di Indonesia. Jadi mungkin dia mau cari tahu sahaja para pemohon visa di Indonesia kayak gimana. Bakuy kurang tahu sih, apakah nantinya ini akan jadi prosedur resmi atau enggak. Bisa jadi iya, soalnya memang engga banyak juga yang ngurus visa ke Lebanon (ya gimana mau banyak, orang persyaratannya aja sesusah itu!).
Di hari yang disepakati, Bakuy pun datang ke kedutaan untuk wawancara. Pak Dubesnya suaranya tenang, tapi cukup intimidatif. Kayaknya beliau terbiasa melakukan wawancara pemohon visa, jadinya dia tahu gimana cara mengetes kejujuran seseorang. Bakuy ditanya mau ke mana ke Lebanon, pernah ke Lebanon sebelumnya atau engga, siapa orang yang memberi invitation letter ini ke Bakuy, Bakuy kenal dari mana, sampai dia juga tanya Bakuy bayar berapa ke orang ini dan ditanya juga di mana orang ini tinggal!
Tapi, jangan remehkan kemampuan wawancara visa Bakuy. I have passed visa interview in US Embassy and this should be nothing! Bakuy bisa jawab semua pertanyaan dengan lancar dan profesional. Beruntung, Bakuy sudah sempat menerjemahkan isi dari invitation letter itu, jadinya Bakuy tahu semua isinya. Soalnya di sana kan tertulis di mana kantor notarisnya. Jadi Bakuy jawab aja sesuai kota tempat notaris itu berada. Terkait biaya yang Bakuy bayarkan ke si agen, Pak Dubesnya bilang kalau itu ga mahal untuk 7 hari, lho. Kayaknya orang yang ngasih kamu invitation ini orang baik.
Kalau kata Papanya Bakuy, ini namanya karma. Kalau tujuan kita baik, kita akan dipertemukan dengan orang-orang baik. Kalau tujuan kita sejak awal sudah buruk, maka karma yang datang ya karma buruk.

Setelah puas mendengar jawaban Bakuy (kurang lebih 10 sampai 15 menit Bakuy diwawancara), ia pun memutuskan untuk menyetujui visa Bakuy. Horee! Walaupun harus bayar lagi USD 88, tapi demi cita-cita Bakuy untuk menaklukkan Lebanon, ya why not?
Dan itulah petualangan Bakuy dalam memperoleh visa Lebanon, visa yang jauh lebih sulit didapat dibandingkan visa Amerika Serikat, Kanada, Australia, maupun visa-visa lain yang pernah Bakuy buat. Akhirnya, berkat kerja keras dan keseriusan yang Bakuy lakukan, negara yang 7 tahun lalu Bakuy bilang mustahil pun kini berhasil Bakuy terabas! Oke, teman-temankuy. Saatnya kita menjelajah Lebanon!
Lo ga ngajak foto Dubes nya? Jarang2 orang buat visa diwawancara langsung sm Dubes wkwkwk