top of page

Kenapa Kita Butuh Jeda Karir (Career Break)?

  • Gambar penulis: Bakuyyyy
    Bakuyyyy
  • 12 Nov 2024
  • 5 menit membaca

Sudah sejak lama Bakuy punya impian untuk mengeksplor benua Amerika. Tapi, pertanyaan yang selalu sulit untuk dijawab adalah, "Kapan?"


Benua Amerika adalah tempat yang luas dan jauh. Jika teman-temankuy melihat globe, teman-temankuy mungkin akan menyadari kalau bahkan Amerika Selatan terletak di sisi yang tepat berlawanan dengan Asia. Begitu jauhnya tempat tersebut sehingga perjalanan dari Jakarta ke sana sahaja membutuhkan waktu minimal dua hari sekali perjalanan. Jika ditambah perjalanan pulang, maka sudah memakan waktu empat hari. Dengan jatah cuti pegawai swasta di Indonesia yang rata-rata cuma 12 hari, apakah perjalanan ini akan layak dilakukan?


Bakuy berkali-kali memikirkan hal ini. Apabila Bakuy hanya memanfaatkan jatah cuti tahunan untuk mengeksplor benua ini, maka butuh berapa tahun bagi Bakuy untuk selesai mengeksplor setidaknya 80 persen dari tempat-tempat luar biasa di sana?


Maka pada saat itu pun Bakuy memutuskan untuk mengeksplor Amerika dalam sekali perjalanan. Maksudnya, Bakuy cukup datang sekali, travelling dalam waktu lama, lalu kembali ke Indonesia. Intinya, perjalanan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua minggu sahaja. Bakuy akan butuh waktu minimal 2 bulan untuk menjelajahi tempat-tempat yang Bakuy inginkan.


Tapi, apakah hal ini memungkinkan? Mamanya Bakuy sangat menentang pada saat itu. Menurutnya, terlalu beresiko untuk meninggalkan karier hanya untuk travelling dalam waktu lama. Beberapa teman juga meragukan keputusan Bakuy. Ada yang sampai bertanya, dengan nada yang kurang menyenangkan, "Trus lu tenang gitu travelling lama belum dapat kerjaan?"

office farewell
Perpisahan dengan teman-teman kantor saat last day

Pada saat ini, Bakuy sudah mempelajari beberapa hal tentang jeda karier atau dalam bahasa Inggris disebut career break. Istilah ini masih sangat asing di Indonesia, tapi ternyata sangat lumrah di beberapa negara. Di Amerika, misalnya, banyak orang yang mengambil jeda untuk travelling setelah kelulusan perguruan tinggi. Di Korea Selatan, biasanya jeda karier dilakukan setelah menyelesaikan wajib militer. Di Eropa, uda ga perlu ditanyain lagi. Banyakkk bangettt orang yang kerja buat nabung, trus duitnya dihabisin buat travelling, trus kerja dan nabung lagi supaya bisa travelling lagi.


Akan tetapi, jeda karier tidak mesti hanya dilakukan untuk travelling. Bahkan, sebenarnya di Indonesia juga tanpa sadar sudah banyak yang melakukan jeda karier, lho!


Di Indonesia, jeda karier yang paling familiar dan 'dimaklumi' adalah melanjutkan studi, misal S2 atau S3. Ada juga jeda karier yang diambil untuk melakukan perjalanan spiritual, misalnya memperdalam ilmu keagamaan. Di samping itu, jeda karier juga bisa dilakukan untuk hal-hal lain, misalnya program pengembangan diri seperti kursus bahasa asing atau memasak, menulis buku, sampai ada juga yang mengambil jeda karier untuk lebih dekat dengan keluarga. Intinya, jeda karier itu tujuan dan caranya banyak. Bukan sesuatu yang terbatas, sebab gaya hidup dan tujuan setiap orang berbeda-beda.


Kenapa sih, jeda karier kurang begitu diminati di Indonesia?

Kenapa kita butuh jeda karier (career break)? Jujur, Bakuy juga kurang mengerti. Mungkin karena pola pikir budaya orang Indonesia yang sangat kolektif, sehingga setiap keputusan harus diambil demi kebaikan bersama. Dalam hal ini, jeda karier dianggap sebagai sesuatu yang 'egois' karena maknanya adalah untuk diri sendiri, sementara tidak ada untuk orang lain. Misalnya, untuk teman-temankuy biasa mengirim uang pada orang tua tiap gajian. Jika teman-temankuy mengambil jeda karier, itu berarti tidak ada lagi porsi gaji yang mengalir ke orang tua. Kalau begini, bagaimana mereka harus bertahan?


Atau bisa juga karena sistem kesejahteraan sosial di Indonesia yang belum bisa diandalkan. Berbeda dengan orang-orang di negara maju yang bisa mengandalkan program kesejahteraan sosial di negara mereka, orang Indonesia terpaksa untuk berjuang sendirian tanpa mengandalkan bantuan pemerintah. Oleh sebab itu, tidak terbersit sedikitpun pemikiran untuk berhenti bekerja karena itu berarti teman-temankuy akan terancam secara finansial.

cooking rice without rice cooker
Salah satu skill terbaik yang didapat saat jeda karier : masak nasi tanpa rice cooker!

Atau, bisa jadi karena orang Indonesia sangat kompetitif. Kita terbiasa saling bersaing satu sama lain. Di sekolah pun diajarkan untuk mengejar ranking. Jika bersantai-santai, atau tidak fokus mengejar nilai kolektif, maka akan tertinggal.


Tapi lagi-lagi, ini hanya tebakan Bakuy sahaja. Bakuy sendiri tidak tahu kenapa jeda karier kurang diminati orang Indonesia.


Apa yang membuat Bakuy mantap mengambil jeda karier?

Bagi Bakuy, travelling adalah tujuan. Bakuy suka mengeksplor tempat-tempat baru, mengenal kebudayaan baru. Setiapkali mempelajari kebudayaan baru, Bakuy merasa hidup. Lalu Bakuy pun berpikir, kalau memang ini yang Bakuy inginkan, untuk apa Bakuy memaksakan diri untuk mengejar hal lain yang kurang Bakuy minati, hanya karena semua orang mengejarnya?


Setelah memperhitungkan tabungan dan melakukan berbagai pertimbangan, Bakuy pun sampai pada satu kesimpulan bahwa jika Bakuy ingin mengeksplor Benua Amerika, maka sekarang adalah waktu yang tepat. Pertama, Bakuy tidak punya utang seperti KPR maupun cicilan mobil. Kedua, Bakuy belum berumah tangga. Ketiga, Bakuy masih sehat dan sanggup melakukan banyak hal tanpa bergantung pada orang lain. Apabila nantinya Bakuy kesulitan mencari pekerjaan, Bakuy tidak ada beban tanggungan yang harus Bakuy khawatirkan sebab Bakuy hanya bertanggung jawab atas diri sendiri.


Bakuy tidak akan berusaha untuk melakukan sugarcoating. Jeda karier adalah suatu langkah yang besar. Memutuskan untuk berhenti bekerja demi travelling untuk sementara waktu membutuhkan nyali serta perencanaan matang-matang. Tabungan hanya satu masalah yang mesti dipecahkan. Dan, percaya atau tidak, ini relatif mudah - setidaknya bagi Bakuy. Yang justru sulit adalah mempersiapkan diri menjelang selesainya jeda karier. Bakuy harus menentukan target apa sahaja yang ingin Bakuy dapatkan dengan menjalani jeda karier ini, dan apakah itu akan membantu Bakuy selepas menjalaninya nanti.

travel buddy
Bertemu banyak teman baru selama travelling di Amerika Latin

Terkait orang tua, Bakuy hanya perlu menjelaskan dari hati ke hati. Untungnya, Papanya Bakuy amat sangat supportive. Beliau justru mendukung keputusan Bakuy dan tidak mengkhawatirkan karier Bakuy nantinya. Satu pesan yang selalu Bakuy ingin dari perkataan beliau adalah, 'Selama kamu tujuannya baik, hasilnya pasti baik. Yang penting jangan pernah lupa sembahyang dan mendoakan orang tua'.


Dengan berbekal nasihat ini, Bakuy pun mantap untuk mengajukan pengunduran diri ke perusahaan tempat Bakuy bekerja. Tidak mudah, memang. Tapi bukankah kita hidup untuk mengejar cita-cita? Jika Bakuy selalu takut-takut dalam mengambil keputusan dan hanya mengikuti arus yang ada, bagaimana mungkin Bakuy bisa mengejar apa yang Bakuy inginkan?


Bakuy menulis untuk memberi semangat bagi teman-temankuy semua yang ingin melakukan jeda karier. Saran Bakuy hanya satu : jeda karier merupakan sesuatu yang positif, jadi jangan membuatnya berkesan negatif sebab itu akan mempengaruhi proses jeda karier teman-temankuy nantinya. Misalnya, jangan beralasan hendak melakukan jeda karier hanya karena lelah bekerja penuh tekanan atau karena tidak cocok dengan lingkungan kerja. Ini merupakan hal yang negatif, sehingga perjalanan jeda karier teman-temankuy nantinya akan terasa negatif pula. Jika teman-temankuy mengambil jeda karier hanya karena alasan seperti ini, maka makna dari jeda karier tersebut menjadi pudar, dan akan terasa seperti teman-temankuy cuma ingin kabur dari kenyataan.


Jika teman-temankuy ingin mengambil jeda karier, teman-temankuy harus punya tujuan yang jelas dan berasal dari dalam diri teman-temankuy sendiri. Motivasinya harus berasal dari dorongan internal, bukan eksternal.


Apakah jeda karier mendatangkan manfaat?

Tentu! Ada banyak banget!


Untuk Bakuy, jeda karier membuat Bakuy lebih tenang dalam mengambil keputusan. Bakuy menjadi lebih positif dan tidak mudah tertekan. Walaupun memang, masih ada sih, stres waktu dapat tekanan apalagi Bakuy pada dasarnya memang negative thinking. Tapi tingkatnya sudah jauh lebih berkurang dibanding sebelum Bakuy mengambil jeda karier.


Hal lain yang Bakuy sadari lebih berbeda dari diri Bakuy adalah Bakuy jadi lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat atau bertanya. Dulu, Bakuy termasuk tipe yang diam dan ikut-ikut sahaja. Namun, sekarang Bakuy jadi merasa lebih leluasa untuk bertanya dan menyanggah apabila tidak setuju. Bakuy sudah tidak takut lagi dicap banyak tanya atau bodoh. Entah sejak kapan, Bakuy mematri di kepala Bakuy sebuah prinsip, 'kalau gue engga ngerti, semua orang juga mestinya engga ngerti juga'.

airplane selfie
Keceriaan dan semangat saat menaiki pesawat menuju destinasi pertama, hari pertama menjalani jeda karier

Bakuy juga jadi lebih menghargai kebersamaan dengan orang-orang terdekat, serta lebih mencintai negara Indonesia. Selama melakukan perjalanan jauh, melewati berbagai negara yang tidak seberuntung di Indonesia, Bakuy lebih memahami lagi apa makna dari rasa syukur. Sekaligus juga, tentunya, mempelajari hal-hal yang patut dicontoh di luar negeri yang entah kenapa belum diterapkan di Indonesia.


Tapi, 'hadiah' sebenarnya dari jeda karier tentunya adalah kepuasan atas pencapaian diri. Yakinlah, jika teman-temankuy memaksimalkan proses jeda karier yang teman-temankuy jalani, nantinya ini akan jadi memori paling manis yang akan teman-temankuy miliki. Bakuy pun demikian. Tiapkali Bakuy melihat foto di galeri, engga jarang Bakuy senyum-senyum sendiri mengagumi kegilaan yang pernah Bakuy lakukan pada saat itu.


"Wow, I did ever insane, young, and free!"

1 comentƔrio


Convidado:
02 de dez. de 2024

Happy that you found happiness, excitements and lots of new experiences during your career break, Bay. Keep on sharing your travel experience, Bay!

Curtir

You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page