top of page

Jordania : Si Cantik dan Gerombolan Penyamun

  • Bakuyyyy
  • 28 Mar 2020
  • 28 menit membaca

Diperbarui: 24 Jun 2020


Halo teman-temankuy, ini adalah kisah penutup sekaligus yang paling fenomenal dari perjalanan Bakuy, Wakuy, dan Adit pada Mei 2018 lalu (uda lama juga ya asli ga kerasa). Kalau teman-temankuy sudah baca artikel Bakuy sebelumnya, tentu teman-temankuy sudah tahu kalau sebenarnya destinasi yang ingin Bakuy capai adalah Lebanon dan Jordania. Namun, karena satu dan lain hal, akhirnya Lebanon harus dihapuskan, dan diganti dengan Sri Lanka dan Qatar yang notabene sebetulnya kami bertiga masih kurang sreg. Maka dari itu, ketika kami menapakkan kaki untuk pertama kalinya di Queen Alia International Airport di Amman, kami bertiga begitu excited sampai jadi agak norak haha. Karena akhirnya kami tiba di destinasi yang memang benar-benar ingin kami kunjungi!

Nah, seperti biasa, Bakuy akan mengulas sedikit tentang sejarah destinasi tujuan. Menurut Bakuy, ulasan ini penting sebab hal inilah yang membuat destinasi tersebut begitu layak untuk dikunjungi.

Sekilas tentang Jordania

Jordania atau yang nama resminya adalah Kerajaan Hashimiyah Jordania merupakan salah satu negara Arab yang berbatasan langsung dengan Israel, Otoritas Palestina (Tepi Barat/West Bank), Arab Saudi, Suriah, dan Irak. Nah loh, begitu lihat negara-negara tetangganya, pasti banyak yang berpikir Jordania ini engga aman. Wah, itu salah banget! Meskipun posisinya berada di antara negara-negara yang bisa dibilang 'membara', Jordania adalah negara yang relatif sangat aman. Itulah alasan mengapa banyak sekali pengungsi datang ke negara ini untuk mencari perlindungan, sampai-sampai pemerintahnya kewalahan sendiri karena sumber daya negeri ini tidak cukup untuk menopang begitu banyak pengungsi.

Jordania merupakan negara yang terletak di wilayah Levant, yaitu pesisir timur Laut Mediterania. Kebudayaan Yunani masuk pertama kali ke wilayah ini yaitu pada masa penaklukan oleh Alexander Agung. Pasca-kematian Alexander Agung, wilayah ini menjadi rebutan berbagai kerajaan setempat, tapi yang paling berpengaruh adalah Kerajaan Nabatean yang beribukota di Petra karena mereka-lah yang mengontrol rute perdagangan menuju Damaskus. Setelah itu, wilayah ini kembali jatuh ke tangan bangsa Eropa di bawah Kekaisaran Romawi hingga empat abad lamanya.

Sejarah modern Jordania dimulai dari pendudukan Kekaisaran Ottoman atas wilayah tersebut. Kendati demikian, Kekaisaran Ottoman tidak terlalu menganggap wilayah itu penting, sehingga perekonomian dan perkembangan Jordania pun menjadi stagnan. Otoritas kekaisaran bahkan hanya dirasakan melalui pajak tahunan saja. Bahkan, pasukan Wahabi sempat menduduki Jordania (yang saat itu bernama Transjordan) akibat lemahnya pengawasan Ottoman atas wilayah ini. Meskipun pada akhirnya kaum Wahabi dapat diusir, terdapat banyak sekali perlawanan atas kekuasaan Ottoman, baik dari orang Arab maupun etnis-etnis Muslim pendatang dari Pegunungan Kaukasus seperti orang Sirkasia dan Chechen. Kebijakan Ottoman yang dianggap paling mengusik adalah politik sentralisasi serta kebijakan 'Turkifikasi' dari Istanbul yang sangat ditentang oleh bangsa Arab.

Kekuasaan Ottoman atas Transjordan akhirnya berakhir akibat Revolusi Besar Arab (Great Arab Revolt) tahun 1916, di mana nasionalisme bangsa Arab meningkat di bawah pimpinan Sharif Hussein dari Mekkah, yang juga mengklaim dirinya sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Sharif Hussein inilah yang nantinya akan membentuk Dinasti Hashimiyah, keluarga kerajaan yang masih berkuasa di Jordania sampai hari ini. Setelah Perang Dunia I berakhir, Transjordan bersama Palestina jatuh ke dalam wilayah mandat Inggris sedangkan Suriah dan Lebanon jatuh ke tangan Prancis. Kekuasaan Inggris atas Transjordan dan Palestina berakhir pada 22 Maret 1946. Namun, kekisruhan politik belum selesai sampai di sana.

Berdirinya negara Israel tahun 1948 membuat Raja Abdullah dari Jordania berada dalam tekanan untuk ikut berperang membantu Mesir dan Suriah dalam memerangi negara Yahudi tersebut. Raja Abdullah akhirnya dengan enggan melakukan invasi atas Israel, yang berakhir pada kekalahan yang memalukan bagi orang Arab. Pada tahun 1967, Jordania di bawah pemerintahan Raja Hussein sekali lagi membantu sekutu-sekutu Arab-nya dalam menghancurkan Israel, tapi lagi-lagi gagal. Bahkan, Jordania kehilangan Tepi Barat dan Jerusalem Timur akibat pertempuran ini.

Merasa lelah dengan perang, Jordania akhirnya meneken perjanjian damai dengan Israel pada 26 Oktober 1994, menjadikan Jordania negara Arab kedua setelah Mesir yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Nah, sebetulnya sejarah Jordania ini amat sangat panjang dan berliku sekali. Ini bahkan sudah Bakuy ringkas-ringkasin tapi masih aja banyak. Maka dari itu, mengunjungi Jordania merupakan sesuatu yang wajib. Karena negara ini telah menyaksikan berbagai pergolakan yang pada akhirnya membentuk wajah dunia kita hari ini.

Scam Pertama di Dunia Arab

Waktu Bakuy, Wakuy, dan Adit mendarat di Amman, hari sudah gelap. Kita bertiga udah capek banget dan pengen istirahat setelah seharian jalan-jalan di Doha tanpa tidur maupun mandi haha. Setelah ngambil bagasi, kita disamperin salah seorang petugas bandara. Ternyata oh ternyata, dia bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Dan dia sempat ngajak kita guyon gitu (meski Bakuy uda lupa sih guyonannya apa wkwk). Nah, kesan pertama kita pada orang Jordania jadi positif tuh berkat si bapak-bapak petugas bandara ini. Kita pikirnya cuman orang Qatar aja yang jutek mentang-mentang duitnya banyak. Sayangnya, kesan itu engga bertahan lama.

Sebenernya ada bus dari bandara ke Amman. Cuma karena waktu itu kita baru nyampe dan udah malam, trus kita bertiga juga uda capek, jadi pengen naik taksi sahaja. Bakuy uda baca-baca di internet dan tarif normal sekali jalan dari QAIA ke kota Amman harusnya 'cuma' JOD 25. Harusnya murah dong bisa dibagi tiga. Tapi kita kena scam :( jadi di pintu keluar, ada orang yang nawarin taksi dan kita dengan polosnya iya-iyain aja. Si orang ini memperkenalkan dirinya dengan nama Abdallah. Trus kita diajak agak keluar gitu dari bandara sampai ke parkiran mobil. Di situ kita nunggu agak lama di tengah dinginnya udara gurun. Waktu nunggu itu sebenernya Bakuy uda curiga bakal kena scam. Cuman ya uda kepalang basah mau gimana lagi kan masa mau kabur? Eh beneran dong, pas taksinya dateng tiba-tiba dia minta tip! Sialan, cuman gitu doang dia minta tip, dan tipnya kalau ga salah kita kasih JOD 2, yang kalau dirupiahin sekitar IDR 38rb. Wow!

Boarding pass DOH-AMM yang diidam-idamkan

Tapi ternyata bukan cuma sampai di situ scam-nya, teman-temankuy. Sebelum naik, kita uda sepakat harganya JOD 25. Tapi ternyata oh ternyata, pas uda turun ditagihnya JOD 35! Gilaaaa belum setengah hari di Jordania kita uda ngeluarin duit IDR 700rb! Wah itu kita uda marah-marah sih. Langsung nomor WA si sopir taksinya kita blok. Langsung deh kesan positif orang Jordania menghilang seketika, diganti amarah. Di sepanjang perjalanan, si sopir sempet cerita kalau dia punya aplikasi di hape yang bisa banyak bahasa, jadi dia bilang dia gaakan kesulitan bahasa kalau ngobrol ama kita. Eh, turn out itu google translate dong. Elah, orang Indonesia mah kaga butuh begituan buat sekedar speak English, bang! Trus dia juga bilang dia dulu pernah ikut jadi sukarelawan ke Indonesia di bidang kesehatan gitu. Tapi pas ditanya-tanya si abangnya bingung. Bahkan ditanya Indonesia-nya di kota mana aja dia engga tau. Yekali, ketauan dong bokisnya bang!

Note : ini pelajaran bagi semua agar jangan buru-buru terpikat gombalan orang di bandara. Plis, di bandara manapun di dunia ini, camkanlah di benak teman-temankuy bahwa semua orang berusaha menipu. Jadi lebih baik duduk dulu dan perhatikan situasi sekitar. Kalau mau naik taksi, cari taksi resmi bandara. Atau kalau mau bus, puterin dulu aja area arrival. Pasti nanti ada palangnya kok. Waktu Bakuy pulang, Bakuy sempat puter-puterin bandaranya dan memang ada palang tersebut. Sayangnya, waktu datang kita agak buru-buru jadi kenalah kita :( Gila ya biasanya jalan sendiri engga kena scam. Sekalinya jalan bertiga malah kena :(

Bagi teman-temankuy yang pengen tau jadwal dan harga bus dari QAIA ke Amman atau sebaliknya, bisa dilihat di situs ini yah!

Jerash

Setelah sarapan di hostel yang ternyata porsinya gede banget untuk ukuran orang Asia Tenggara, kita bertiga pun naik taksi sesuai saran pemilik hostel untuk ke Tabarbour Bus Station untuk ke Jerash. Kata si pemilik hostel, ongkosnya JOD 3 dari hostel ke terminal karena emang jaraknya dekat untuk ukuran naik mobil. Jadi kita beraniin nyetop taksi dan bilang mau ke situ, dan seneng banget pas si sopirnya bilang harganya JOD 3.

Dan lagi-lagi, kita kena scam yang kedua kalinya, teman-temankuy :( Pas udah mau turun, Bakuy kasih tuh JOD 3 ke sopirnya. Tapi tiba-tiba dia ngomel. Lah? Ada apa gerangan? TERNYATA DIA BILANG BAYARNYA HARUS PER KEPALA! JADI JOD 3 dikali 3 orang! Sialan! Kesel banget! Asli! Serasa kayak abis dijambret! Kita sempet protes, karena menurut kita engga ada peraturan kayak gitu di negara manapun di dunia ini. Kalaupun ada, itu kalau tujuannya beda-beda atau misal si sopir taksi naikin orang di tengah jalan yang kebetulan searah. Nah, ini kan kita satu tujuan, saling kenal, dan naiknya barengan pula! Tapi si sopir ini tetep marah dan teriak-teriak pakai bahasa Arab. Dan akhirnya karena ga mau ribut, kita pun ngalah.


Asli, sejak saat itu kita ga mau percaya lagi sama siapapun di Jordania. Di terminal sempat ada orang yang ngikutin kita nanyain mau ke mana. Kita bener-bener cuekin tapi masih aja diikutin. Sampai akhirnya kita ketemu bus yang menuju ke Jerash dan langsung naik gitu aja. Ini kita nemunya pakai usaha sendiri lho ya, tanpa tanya-tanya ke si bapak gajelas itu. Tapi si bapak-bapak ngeselin ini ternyata belum nyerah, teman-temankuy! Setelah kita naik, dia malah ngomong ke sopir busnya sambil nunjuk-nunjuk kita dan minta duit! Bakuy engga ngerti bahasa Arab, cuman dari gelagatnya sih dia seolah mau bilang 'eh, tiga orang ini gue nih yang arahin ke sini, tapi mereka belum ngasih gue tip. Jadi lu harus bayar gue dan ntar tagihin aja lebih ke mereka'.

Salah satu gerbang di kompleks Jerash

Tuh kan Bakuy kalau uda kesel banget langsung keluar 'lu-gue'-nya wkwkwk. Tapi beneran sambil nulis ini sambil inget-inget peristiwa hari itu bikin kesel sendiri! Untungnya, si sopir bus engga ngeladenin bapak-bapak ngeselin itu. Kita pun tetep ditagih sesuai harga normal, yakni JOD 1 per orang.

Note : untuk ke Jerash dari Tabarbour Bus Station, harus naik minibus yang biasanya nunggu penuh dulu baru jalan. Untuk teman-temankuy yang bisa membaca huruf Arab, akan sangat membantu karena bus yang ke arah Jerash ada dua, yakni yang arah memang ke kota Jerash atau yang ke arah Ajloun, dan seinget Bakuy engga ada nomor maupun warna sebagai pembeda. Satu-satunya cara untuk tahu tujuannya adalah dengan bertanya (yang sangat beresiko kena scam) atau baca huruf Arab yang ada di badan busnya. Makanya, untuk teman-temankuy yang Muslim dan bisa baca Al-Qur'an, mungkin kendala ini bisa sedikit teratasi. Sementara untuk teman-temankuy yang non-Muslim, mungkin bisa searching dulu di google bentuk tulisan Arab-nya lalu dihafalkan.

Perjalanan dari Amman ke Jerash ga lama, mungkin sekitar 1 jam. Awal-awal akan mengagumkan karena bentang alamnya yang serba gurun itu beda banget sama Indonesia, tapi ga nyampe 15 menit pasti ngantuk karena bosan haha. Usahakan jangan tidur karena pintu masuk situs Jerash bukan tempat pemberhentian akhir bus, jadi teman-temankuy harus kasih tau ke sopirnya kalau teman-temankuy pengen turun di situs Jerash. Nanti kelihatan kok situsnya. Dan biasanya semua turis akan turun di situ juga. Jadi bersyukurlah kalau ada turis Kaukasian di bus yang sama, karena umumnya mereka juga akan ke situs Jerash.

Untuk teman-temankuy yang belum tau situs Jerash ini apa, jadi Jerash itu sebenernya nama sebuah kota. Yang ingin kita kunjungin di Jerash itu adalah sebuah kota peninggalan Romawi yang dulu namanya Gerasa. Nah, itulah alasan kenapa walaupun rute bus-nya dari Amman ke Jerash, tapi kita engga bisa sampai tujuan akhir. Karena Jerash yang dimaksud bus ini ya ke kota Jerash, bukan ke situs arkeologinya. Sementara kita maunya ke situs arkeologinya.

Oval Plaza, Jerash

Situs arkeologi di Jerash ini besar dan sangat terawat sekali. Teman-temankuy akan dibuat terperangah dan berpikir bagaimana caranya orang-orang zaman dahulu membuat bangunan megah seperti itu, apalagi dengan ukuran batu yang bukan main-main. Beberapa bagian yang terkenal antara lain Hadrianus Arch dan Oval Plaza. Ohiya, karena cakupan ukurannya yang begitu luas dan juga tingkat kelestariannya yang sangat baik, Jerash bahkan dijuluki Pompeii of the Middle East. Dan menurut Bakuy, pemberian julukan ini memang layak dan tidak dilebih-lebihkan.

Menurut Bakuy, Jerash sangat sayang untuk dilewatkan apabila teman-temankuy berkunjung ke Jordania. Apalagi kalau teman-temankuy pakai Jordan Pass, maka bisa dibilang melewatkan situs ini sama saja dengan membuang-buang benefit. Kenapa? Karena tiket Jerash yang sebesar JOD 12 itu sudah ter-cover oleh Jordan Pass. Jadi teman-temankuy tidak perlu bayar lagi. Ohiya, lebih detil tentang Jordan Pass, silakan baca yang bagian 'Jordan Pass' di bawah yah.

Temple of Artemis, Jerash

Note 1 : untuk pulang dari Jerash ke Amman, bisa naik bus lagi tapi dengan arah yang sebaliknya. Lagi-lagi, kemampuan membaca huruf Arab akan sangat membantu!

Note 2 : siapkan sunblock dan (terutama) lip balm sebelum ke Jordania! Udara gurun sangat terik tapi dingin, dan ini membuat bibir pecah-pecah jika tidak dijaga kelembabannya. Bakuy dan Wakuy sangat menderita karena bibir pecah-pecah ini, sampai tertawa aja terasa begitu menyiksa :(

Amman Citadel

Sepulangnya dari Jerash, kita memutuskan untuk langsung ke Amman Citadel mengingat jaraknya ga gitu jauh sama hostel. Jadi begitu turun dari bus, kita langsung naik taksi ke hostel buat mandi dan bersih-bersih dulu. Untungnya taksi kali ini baik, kita dikenakan tarif JOD 5 dan kali ini untuk tiga orang. Dan kayaknya si sopir taksi yang ini orangnya jujur soalnya pas kita pastiin sekali lagi JOD 5 itu udah termasuk 3 orang atau bukan, dia kayak yang bingung gitu dan akhirnya bilang iya JOD 5 untuk 3 orang. Yaudin, cus deh kita ke Amman Citadel.

Reruntuhan Temple of Hercules di Amman Citadel

Amman Citadel adalah situs arkeologi peninggalan bangsa Romawi, Kekaisaran Bizantium, dan Dinasti Umayyah yang terletak di pusat kota Amman. Beberapa bangunan yang menjadi landmark situs ini antara lain Kuil Hercules, Gereja Bizantium, Kastel Umayyah, dan Museum Arkeologi Jordania. Museum Arkeologi Jordania tidak hanya menyimpan artefak-artefak tiga kebudayaan tadi, tapi ada juga artefak peninggalan masa-masa yang lebih kuno seperti masa Neolitik dan Zaman Perunggu. Pokoknya, Amman Citadel ini merupakan pusat harta karun peninggalan masa lalu kota Amman yang dulunya bernama Philadelphia.

Kota Amman dilihat dari Old City Wall, tampak dari kejauhan tiang bendera raksasa

Meskipun dari segi cakupan wilayah dan kemegahan Amman Citadel ini kalah jauh dibanding Jerash, tapi menurut Bakuy situs ini sangat layak untuk dikunjungi. Selain karena tiket masuknya sudah ter-cover oleh Jordan Pass, posisinya juga tepat di pusat kota Amman sehingga sangat sayang untuk dilewatkan. Apalagi, mengingat Amman Citadel ini berada di puncak bukit, kita jadi bisa menikmati kota Amman dari atas melalui Dinding Kota Tua (Old City Wall). Di samping itu, kita juga bisa melihat Raghadan Flagpole dari sini. Bagi yang belum tau apa itu Raghadan Flagpole, jadi itu adalah tiang bendera tertinggi kedua di dunia (yang paling tinggi ada di Aqaba, sebuah kota modern di Jordania selatan) yang dikibarkan di istana keluarga kerajaan tempat Ratu Rania yang cantik parah itu tinggal 0:)

Bethany Beyond the Jordan

Hari kedua di Jordania kami gunakan untuk mengeksplor lebih jauh ke selatan, yaitu ke wilayah yang disebutkan dalam Alkitab. Namun, karena keterbatasan informasi dan opsi transportasi, kami menggunakan jasa sopir yang kami sewa dari hostel. Nama sopirnya Abdallah (nama Abdallah kayaknya cukup populer di Jordania, apalagi mengingat raja Jordania saat itu juga bernama Raja Abdullah II), seorang Jordania beretnis Sirkasia. Tarifnya cukup mahal yaitu JOD 25 per orang, jadi total kami bayar JOD 75 tunai dibayar pada saat bikin kesepakatan sama resepsionis hostel. Tapi ini belum termasuk tip, dan uang tip sangat diharapkan di Jordania.

Note : menurut Bakuy harga segini mahal banget. Kalau teman-temankuy mau lebih murah, sebenernya ada semacam bus pariwisata yang punya paket tur ke daerah-daerah situ. Harganya Bakuy kurang ingat, tapi yang pasti jauh lebih murah daripada jasa yang Bakuy pakai. Kalau teman-temankuy ingin cari tau, silakan coba klik link ini dan kirim surel ke mereka. Bakuy waktu itu ambil salebarannya gitu mereka banyak ada ke Madaba, Petra, Jerash, Aqaba, Karak, As-Salt, dll.

Foto dengan Abdallah

Nah si Abdallah ini ternyata orangnya seru. Kita ngomongin banyak hal mulai dari kebudayaan Jordania, kehidupan pribadi, bahkan hingga yang paling serius seperti politik dan sejarah. Waktu kita bilang Jordania mahal banget, si Abdallah ini pun mengakui kalau Jordania itu luar biasa mahal. Bahkan orang Jordania sendiri merasa demikian. Trus, Abdallah juga sangat cemas dengan pengungsi Suriah dan Palestina di Jordania karena dia yakin sumber daya Jordania enggak cukup untuk menampung orang-orang tersebut. Dan turns out, si Abdallah ini juga benci banget ama Arab Saudi. Karena menurut dia banyak orang Saudi yang sombong, kasar, dan semena-mena. Bahkan dia sendiri engga mau kalau diminta bawa turis Saudi. Eh btw ini bukan Bakuy yang bilang ya, tapi ini kata si Abdallah sendiri.

Begitu sampai di visitor center, langsung deh ke kaunter buat beli tiket. Harga tiket masuknya JOD 12 untuk warga negara selain Jordania dan Liga Arab. Tapi, teman-temankuy bisa beli tiket in advance waktu beli Jordan Pass. Jadi nanti waktu beli Jordan Pass akan ditanyain mau ke situs pembaptisan atau engga. Nah, teman-temankuy bisa beli di sini dan jadi termasuk ke dalam Jordan Pass. Tapi harga Jordan Pass-nya jadi naik JOD 8. Sehingga, teman-temankuy bisa menghemat JOD 4. Kan lumayan banget JOD 4 bisa buat beli suvenir lho hehe.

Setelah beli tiket, kita akan naik minibus gitu ke lokasi pembaptisannya kira-kira 15 menit. Btw, jangan kaget melihat tempat tersebut karena gersangnya minta ampun. Maklum, itu adalah wilayah perbatasan Israel-Jordania. Jadi engga terlalu banyak penduduk yang tinggal di sana. Setelah itu, kita akan dipertemukan dengan pemandu wisata yang akan menjelaskan pada kita sejarah pembaptisan Yesus Kristus oleh John the Baptist di Sungai Yordan. Setelah itu kita akan dibawa menelusuri aliran kecil Sungai Yordan termasuk ke satu sisa-sisa peninggalan yang dipercaya sebagai tempat pembaptisan Yesus Kristus. Lalu kita akan dibawa menuju ke sebuah gereja sebelum akhirnya dipersilakan menuju Sungai Yordan.

Perbatasan Israel dan Jordania di Sungai Yordan dilihat dari sisi Jordania

Ohiya, Sungai Yordan ini unik banget karena kedua sisinya dibagi antara Jordania dan Israel. Sehingga kita bisa melihat tali pembatas yang merupakan batas resmi kedua negara. Sisi sungai yang bagian Israel sangat penuh sesak. Banyak peziarah yang menyebur ke sungai sambil melantunkan doa-doa liturgi. Sementara yang ada di sisi Jordania sepi banget. Bahkan engga ada yang nyewa jubah buat nyebur. Kita bertiga pun cuma main-main air aja sambil memperhatikan para peziarah yang ada di sisi Israel.

Mount Nebo

Setelah puas mendatangi Sungai Yordan, jadwal selanjutnya adalah Mount Nebo. Tapi sebelum itu, kami bertiga mendapat kabar buruk dari Abdallah : kami kehabisan tiket bus untuk besok menuju Petra.

Seketika itu kita bertiga pusing dan lemas. Memang, transportasi adalah masalah yang pelik selama perjalanan kami di Jordania karena memang pilihannya masih sangat terbatas. Jadi ceritanya kita uda booking tiket JETT Bus in advance dari Amman ke Petra. Cuma masalahnya adalah mereka waktu itu belum menerima pembayaran daring. Jadi prosedurnya saat itu adalah kita book lewat situs mereka, kemudian nanti akan dikirim surel. Kalau ga salah H-24 jam kita harus lapor ke kantor JETT Bus untuk konfirmasi pembelian dan melakukan pembayaran. Paling tidak, konfirmasi ini harus dilakukan lewat telepon. Dan karena tidak punya nomor Jordania, kami minta tolong hostel kami untuk melakukan konfirmasi. Eh, ternyata pihak hostel bilang dia uda telepon JETT Bus dan kata mereka udah sold out.

Langsung deh kepala pening, pusing. Pihak hostel nawarin buat sewa Abdallah lagi dengan harga JOD 25 tapi menurut kami itu uda over-budget banget. Kita engga memperkirakan akan keluar duit segitu (apalagi waktu itu Bakuy statusnya masih mahasiswa yang baru lulus jadi engga punya uang banyak). Tapi kami engga mau ini merusak liburan hari ini. Jadi kami memutuskan untuk mengesampingkan masalah ini dulu.

Waktu itu kami yakin, pasti selalu ada jalan menuju Petra.

Bagi teman-temankuy yang Muslim, mungkin kurang familiar dengan Mount Nebo. Jadi, Mount Nebo adalah dataran tinggi yang berdasarkan Alkitab adalah lokasi di mana Nabi Musa memperoleh kesempatan untuk melihat Tanah Terjanji (Israel). Di titik tertinggi dari Mount Nebo ini terdapat sebuah gereja yang cantik banget, yang merupakan peninggalan Kekaisaran Bizantium. Selain itu, di sana juga terdapat banyak sekali mozaik-mozaik Alkitab tentang Nabi Musa, serta tak lupa juga tugu peringatan yang dipercaya sebagai tempat Nabi Musa berdiri dan menunjuk ke arah Tanah Terjanji (Israel).

Kalau kata orang, dari Mount Nebo kita bisa melihat Jericho (wilayah Tepi Barat, Otoritas Palestina) dan juga kalau lagi bener-bener cerah, kita bisa melihat kota tua Jerusalem. Bakuy sih engga lihat Jerusalem, ya. Jericho juga engga. Soalnya yang Bakuy lihat sejauh mata memandang hanya wilayah gurun yang tandusnya minta ampun. Bener-bener tanahnya kayak engga ada air sama sekali.

Note : untuk masuk ke situs Mount Nebo, kita harus bayar JOD 2 per orang karena situs ini sama sekali tidak ter-cover oleh Jordan Pass.

Laut Mati (Dead Sea)

Kalau kata orang-orang, tempat paling bagus untuk menikmati Laut Mati di Jordania adalah di Amman Beach. Tapi kita bertiga memutuskan untuk skip tempat ini karena tiket masuknya JOD 25 per orang. Waktu itu kita pikir daripada untuk masuk Laut Mati, lebih baik uang segitu dipakai ongkos transportasi ke Petra yang jelas-jelas lebih menarik dikunjungi daripada sekadar mengapung di laut. Apalagi berdasarkan testimoni orang-orang, wilayah Laut Mati di sisi Jordania sudah mulai rusak akibat eksploitasi lumpur besar-besaran.

Laut Mati

Untungnya Abdallah baik. Dia nganterin kita ke tempat yang agak pinggir gitu dari Laut Mati. Jadi di jalan yang agak menanjak, di situ ada sisi Laut Mati yang engga dipagar. Kita turun deh lewat situ. Perlu usaha dan hati-hati karena banyak tanaman kering dan berpasir. Begitu sampai di tepi Laut Mati, kita cuma pegang airnya, jilat dikit (yang beneran asin banget sampek terasa pahit), dan bawa pulang endapan garam yang memang ada banyak banget di situ.

Kata orang-orang, lumpurnya Laut Mati itu bagus banget untuk kecantikan kulit karena mengandung banyak mineral yang bagus untuk tubuh. Makanya, di Jordania banyak banget produk kecantikan dari lumpur Laut Mati. Teman-temankuy boleh percaya, boleh engga. Tapi mumpung di Jordania, menurut Bakuy boleh lah beli produk Laut Mati sebagai kenang-kenangan.

Madaba

Madaba adalah kota tua yang terkenal akan mozaik khas Bizantium. Kita engga banyak eksplor Madaba. Kita cuma ke St George's Greek Orthodox Church aja dan itu pun engga masuk ke dalam karena harus bayar hehehe. Waktu itu kita udah jadi kikir banget karena memikirkan JOD 25 harus melayang untuk transportasi ke Petra. Di samping itu, kita ke Madaba juga udah agak siang kesore-sorean. Sekitar jam setengah tiga kalau ga salah, jadi udah lapar dan lelah.

Shyawarma sebagai makan siang

Setelah foto-foto sama gereja, kita pun memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran. Kita cuma pesan dua makanan karena yakin porsinya gede banget (dan ternyata memang terbukti benar). Ternyata oh ternyata, si Abdallah melihat hal ini dan dia bilang dia suka ngelihat orang Asia Timur (maksudnya Asia yang sisi Pasifik gitu, which includes Southeast Asia and East Asia) makan karena katanya engga serakah. Maksudnya, kita makan ya sesuai yang kita bisa sahaja. Engga makan demi gengsi atau apa. Karena kata Abdallah, orang Arab itu suka mubazir makanan. Jadi mereka suka pesan makan banyak-banyak tapi engga dihabisin. Jadi mereka cuman pesan karena sekadar senang aja gitu lihat makanan banyak. Tapi habis itu dibuang. Bakuy engga bisa memverifikasi hal ini, sih. Mungkin teman-temankuy yang lebih tau bisa komen di bawah yah!

Scam yang Tak Disangka-sangka

Nah, akhirnya tibalah saat yang paling pusing : pulang ke Amman. Kenapa pusing? Karena itu berarti kita harus mulai memikirkan naik apa ke Petra!

Kita bener-bener udah stuck banget pas itu. Jadi kondisinya adalah kita harus banget ke Petra. Harusnya tuh udah yang bener-bener fardu gitu ga boleh ditinggalkan. Tapi di sisi lain kita masih engga rela keluar uang JOD 25. Agaknya, si Abdallah tau hal ini dan kasihan. Akhirnya dia menawarkan diri untuk nganterin sampai ke salah satu kantornya JETT Bus di Amman yang dekat dengan King Abdullah Mosque atau bisa juga disebut Blue Mosque. Dari situ, kita tinggal jalan kaki aja ke kantornya JETT Bus.

Bakuy langsung ke salah satu kaunter yang ada petugasnya, nunjukin surel dari ponsel sambil nanya masih ada engga tiket bus untuk besok pagi yang menuju Petra. Si mbak-mbak petugasnya cuma manggut-manggut sambil mainin komputer, trus dia minta paspor kita bertiga dan bilang harganya JOD 11 per orang.

HAH?

Seketika Bakuy kaget. Lah bukannya kata si resepsionis hostel tiketnya uda sold out? Bakuy ingat banget tadi di telepon Bakuy nanya lagi masih ada engga tiket ke Petra yang jam berapapun bahkan siang juga gapapa, dan dia tetep bilang semua tiket untuk besok uda habis. Tapi kok ini lancar-lancar sahaja? Bahkan si mbaknya engga pake nyari-nyari atau tanya-tanya. Tiket langsung dicetak dan kita diminta bayar.

Wah, gila. Berarti kemungkinan kita ditipu sama hostel sendiri. Kayaknya si hostel ini sengaja biar kita pakai jasa mereka lagi, tapi Abdallah engga tega ngelihat muka-muka gembel kita makanya dia sengaja nganterin kita ke JETT Bus HAHAHAHA. Dan Bakuy juga ingat si Abdallah ini sempet mewanti-wanti ke kita untuk jangan bilang ke hostel kalau dia nganterin kita ke kantor JETT Bus. Wah, fix itu berarti. Untung Abdallah baik. Saranghae, Abdallah!

Roman Amphitheatre

Setelah mengamankan tiket bus ke Petra, akhirnya kita bertiga bisa bernapas lega. Kita masih ingat tuh waktu balik ke hostel, si resepsionis nanya apakah kita jadi pakai Abdallah lagi atau engga. Kita bilang engga karena... Bakuy lupa alasannya apa. Pokoknya kita bilang kita mau naik transportasi publik aja yang lebih murah. Sementara itu, kita kasih Abdallah tip yang lumayan. Kalau ga salah JOD 5 sebagai apresiasi karena sudah jujur. Bagi sebagian teman-temankuy mungkin itu jumlah yang tak seberapa, tapi bagi kami itu jumlah yang lumayan hoho.

Roman Amphitheatre, Amman

Dari hostel ke Roman Amphitheatre dekat banget. Jalan kaki ga sampai 5 menit udah nyampe. Roman Amphitheatre merupakan teater terbuka peninggalan bangsa Romawi di tengah-tengah kota Amman. Di tengah-tengah ini maksudnya benar-benar di tengah. Dan itulah yang membuat tempat ini spesial. Teater ini dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Antonius Pius di abad ke-1 Masehi yang dulunya berfungsi sebagai tempat hiburan bagi para kaisar Romawi maupun tamu-tamu penting lainnya yang tengah singgah di kota Philadelphia (nama lama kota Amman). Keberadaan teater ini disertai Jerash yang sedikit lebih ke selatan menandakan betapa signifikannya peran wilayah ini di masa lalu.

Untuk teman-temankuy yang ingin mengunjungi Roman Amphitheatre, Bakuy sangat sarankan datang pada sore hari karena tidak terlalu terik. Teater ini juga menjadi tempat favorit warga Amman yang hendak jalan-jalan sore atau berolahraga kecil. Di sini juga terdapat Jordan Museum of Popular Tradition dan Jordan Folklore Museum yang menurut Bakuy kurang berkesan. Bahkan saking engga berkesannya Bakuy sampek lupa masuknya bayar atau engga. Lagian kecil banget museumnya. Lebih seru mendaki teater sampai ke atas karena curam banget jadi terasa agak ngeri kepeleset hehe.

Petra

Nah, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba! Bakuy, Wakuy, dan Adit bangun pagi-pagi banget dan lekas mandi untuk mengejar JETT Bus menuju Wadi Musa, kota di mana situs Petra berada. Kita sempat agak takut sih karena kita keluar pagi-pagi buta, bawa koper, dan naik taksi. Keliatan banget dong kalo kita ini turis asing yang sangat butuh kendaraan. Pasti bakal kena tipu-tipu lagi, nih.

Eh, ternyata engga. Kita nyetop taksi di depan hostel dan si bapaknya bilang cukup JOD 3 aja buat ke Abdali Bus Station, dan JOD 3 itu udah untuk 3 orang. Hahaha, sejak kejadian dua hari yang lalu, kami memang jadi agak paranoid dan sangat berhati-hati saat harus berurusan dengan sopir taksi. Sesampainya di Abdali, ternyata kantornya belum buka. Jadi kami sempat nunggu dulu di luar ditemani udara malam gurun yang dinginnya minta ampun! Setelah kantornya buka, baru deh kami bisa check-in.

Kompleks Petra

Perjalanan dari Amman ke Petra sekitar 3 jam dengan 1 pemberhentian. Seinget Bakuy, di bus engga dapat makan. Berhubung tadi pagi kita udah sarapan ayam bakar sisa tadi malam, jadi menurut kita ini bukan masalah. JETT Bus menurunkan kita dekat sekali dengan pintu masuk situs Petra, tapi kita bertiga harus check-in dulu ke hostel buat naruh koper-koper. Engga mungkin dong kita geret-geret koper ke dalam Petra hahaha.

Setelah meletakkan koper dan ganti baju, kami pun meluncur ke Petra. Entah, ini keputusan yang benar atau tidak karena Petra itu luuuuassssss bangettt. Asli, jalan kaki bikin gempor parah sampek Bakuy keseleo dua kali waktu mendaki tebing!

Situs reruntuhan Petra

Bagi yang belum tau apa itu Petra, biar Bakuy jelaskan sedikit yah. Jadi Petra (atau dulunya bernama Raqmu) adalah sebuah situs arkeologi peninggalan bangsa Nabatean pada abad ke-4 SM. Bangsa Nabatean sendiri merupakan bangsa Arab nomadik yang dulunya sangat berpengaruh di Jordania karena kerajaan mereka menguasai rute dagang menuju Damaskus. Berdasarkan informasi dari salebaran yang Bakuy terima, bangsa Nabatean ini selain piawai dalam hal memahat batu, juga piawai dalam hal agrikultur. Hal ini didukung oleh sistem irigasi yang canggih di seluruh Petra, yang membuat para ahli yakin bahwa dulu wilayah ini merupakan wilayah yang cukup subur. Meski demikian, sejauh mata memandang, Bakuy engga melihat sisa-sisa kesuburan itu karena yang ada hanyalah pasir merah sebagai simbol kegersangan. Tapi memang ada beberapa peninggalan seperti sistem irigasi dan bendungan air, sih.

Kerajaan Nabatean dan ibukota Petra akhirnya jatuh ke tangan Romawi pada tahun 106 Masehi, di mana bangsa Romawi mengganti nama wilayah ini menjadi Arabia Petraea. Gempa bumi dan berkembangnya perdagangan laut semakin mematikan posisi Petra sebagai hub perdagangan Timur Tengah, hingga akhirnya benar-benar redup setelah wilayah ini jatuh ke tangan tentara Muslim. Petra telah benar-benar ditinggalkan dan dilupakan oleh dunia selama berabad-abad hingga akhirnya ditemukan dan digali kembali pada abad ke-18 oleh Johann Ludwig Burckhardt. Situs ini akhirnya dinobatkan sebagai New Seven Wonders of the World pada tahun 2007. Sejak saat itu, pariwisata Jordania tiba-tiba membludak akibat rasa penasaran orang-orang akan situs yang sangat misterius ini.

Situs arkeologi Petra

Walaupun Petra begitu luas, terdapat satu struktur paling terkenal yang menjadi landmark paling penting situs ini, yaitu Al Khazneh (The Treasury). Al Khazneh dipercaya sebagai mausoleum bagi Raja Nabatean, Aretas IV, pada abad ke-1 Masehi. Namanya diambil dari sebuah legenda yang mengatakan bahwa para bandit dan bajak laut menyembunyikan harta karun curian mereka di salah satu kendi yang ada di tingkat kedua mausoleum ini. Oleh sebab itulah kita dapat melihat lubang-lubang peluru dari Suku Arab Bedouin yang berusaha mencuri harta karun itu dengan menembaki kendi tersebut.

Al Khazneh (The Treasury)

Bagi teman-temankuy yang ingin meneksplor Petra, Bakuy sangat sarankan untuk meluangkan waktu seharian penuh karena Petra ini sangat besar dan melelahkan. Bahkan, kalau teman-temankuy punya lebih banyak waktu dan uang serta ingin benar-benar mengeksplor situs ini sampai akhir, bisa membeli Jordan Pass yang versi Jordan Explorer atau Jordan Expert untuk masing-masing 2 dan 3 kali masuk ke Petra. Bakuy suka banget sih sama Petra, tapi bukan yang sampek ke sini lebih dari satu kali hehe jadi Bakuy sih single entry aja udah cukup dengan Jordan Pass versi Jordan Wanderer.

Ohiya btw tiket masuk Petra adalah JOD 50 untuk single entry, JOD 55 untuk double entry, dan JOD 60 untuk triple entry, tapi semua biaya ini ter-cover oleh Jordan Pass. Jadi akan sangat membantu banget kalau teman-temankuy beli Jordan Pass. Petra juga punya acara khusus namanya Petra by Night tapi engga ter-cover oleh Jordan Pass. Bagi teman-temankuy yang penasaran apa itu Petra by Night, silakan coba ulik situs ini yah.

Celah sempit menuju Al Khazneh

Note : siapkan air yang cukup karena Petra luar biasa terik dan melelahkan. Pakailah sepatu hiking karena tanahnya berbatu dan berpasir. Plus, itu akan sangat membantu teman-temankuy kalau mau hiking sampai ke puncak-puncak tebing. Usahakan jangan bawa tas terlalu berat karena akan sangat menyulitkan. Pokoknya, please make your trip the simplest!

Wadi Rum

Dan inilah destinasi terakhir kita di Jordania sekaligus penutup trip Timur Tengah. Wadi Rum Protected Area atau nama bekennya adalah Valley of the Moon adalah lembah gurun yang terletak di Jordania selatan. Letaknya engga begitu jauh dari Petra dan setiap hari selalu ada minibus yang berangkat dari Petra ke Wadi Rum dan sebaliknya. Teman-temankuy cukup bilang ke hostel kalau teman-temankuy pengen ke Wadi Rum tanggal sekian, dan mereka nanti yang akan kontak minibusnya. Teman-temankuy tinggal tanya aja jam berapa minibusnya siap karena nanti mereka yang akan jemput ke hostel teman-temankuy. Harganya kalau engga salah JOD 9 per orang.

It's time for a desert safari!

Perjalanan dari Petra ke Wadi Rum sekitar 1.5 sampai 2 jam, melewati King's Highway yang lurus nan gersang sehingga membuat rasa kantuk semakin parah. Begitu tiba di Wadi Rum, kita akan diturunin di visitor center untuk bayar tiket masuk sebesar JOD 5. Sekali lagi, biaya tiket ini sudah ter-cover oleh Jordan Pass. Untung banget kan, kalau pakai Jordan Pass :) sehabis itu petugasnya akan nanyain nama agen tur masing-masing.

Perlu diingat bahwa untuk mengunjungi Wadi Rum, teman-temankuy tidak bisa datang begitu saja. Tempat ini adalah lembah gurun yang dilindungi, sehingga untuk berwisata di sini butuh agen tur yang terdaftar resmi. Waktu itu Bakuy pakai jasanya Bedouin Directions dan sangat memuaskan! Bakuy sangat merekomendasikan agen tur ini. Untuk teman-temankuy yang ingin tau lebih jauh, silakan bisa kepoin situs resmi mereka di sini. Kalau masih ada yang engga ngerti atau butuh diperjelas, silakan kirim surel saja ke Mehedi Salleh (pemiliknya). Dia ramah dan fast response kok. Bakuy juga cukup intens kirim-kiriman surel ke dia untuk memastikan fasilitas dan rundown selama di Wadi Rum. Bahkan Mehedi juga bantuin Bakuy untuk booking taksi pagi-pagi banget menuju Aqaba karena kita uda pesen tiket JETT Bus dari Aqaba ke Amman, dan kita harus sampai di QAIA paling lambat jam 4 sore karena penerbangannya jam 6. Pokoknya Mehedi ini sangat membantu sekali!

Mendaki tebing di Lawrence's Spring

Waktu itu, Bakuy, Wakuy, dan Adit pesan yang overnight shared tour seharga JOD 195 all in. Jadi itu semua uda termasuk cemilan selamat datang, makan siang di tenda, makan malam khas orang Bedouin, sarapan di hari kedua, dan sewa jeep serta sopirnya. Awalnya cuma kita bertiga yang pesan paket ini untuk tanggal segitu, tapi tiba-tiba si Mehedi ngasih tau kalau ada 2 orang lagi yang mau join namanya Brenda (orang Meksiko yang kerja di Selandia Baru) dan Jahed (orang Inggris keturunan Bangladesh). Berhubung makin rame makin murah, kita sih senang-senang aja haha. Kan lumayan tuh JOD 195 dibagi berlima. Dan untunglah Brenda dan Jahed ini orangnya seru jadi engga garing gitu di jalan hahaha.

Bentang alam nan gersang tapi menakjubkan!

Selama di Wadi Rum yang asli kereeeeennnnnnnn bangettttt itu, kita dibawa ke beberapa lokasi antara lain Lawrence Spring, Khazali Canyon, Red Sand Dunes, Anfishieh Inscriptions, House of Lawrence, Around About Now, Burdah Arch, Um Frouth Arch, Small Sand Dunes, dan The Chicken. Beneran deh, di setiap tempat yang didatangi itu bener-bener bikin speechless dan asyik banget buat dipakai main-main dan foto-foto. Kekurangannya cuma satu : engga ada sinyal telepon seluler sama sekali di Wadi Rum. Soalnya itu benar-benar di tengah gurun. Jadi engga bisa tuh yang namanya posting story atau live streaming hahaha.

Main perosotan pasir di Red Sand Dunes

Beberapa yang Bakuy merasa paling seru adalah Red Sand Dunes karena di situ ada gumuk pasir yang super tinggi banget, yang didakinya aja udah susah banget trus pas turun kayak naik perosotan gitu. Trus ada juga bagian yang kita disuruh turun dari jip dan diminta trekking menembus celah-celah tebing. Itu memang capek, tapi seru! Bahkan kita ketemu unta-unta liar yang lagi makan di semak-semak hoho. Pokoknya untuk teman-temankuy yang ke Jordania, beneran deh, jangan lewatin Wadi Rum. Dijamin nyesel!

Do like a local!

Setelah dibawa muter-muter Wadi Rum, akhirnya kita dibawa ke tempat penginapan yang berupa tenda-tenda ala orang Bedouin zaman dulu. Ini tenda ya omong-omong, jadi plis jangan bayangkan bakal seenak kalau tidur di hostel apalagi hotel. Tempat tidurnya bersih, cuman agak dingin karena kalau malam kan angin luar masih bisa masuk sedikit-sedikit. Trus kita dikasih makan dengan ala orang Bedouin, yaitu ayam panggang yang dipanggangnya di dalam pasir gitu jadi seharian dia disimpan di situ sampai matang, trus dihidangkan deh. Rasanya sih Bakuy kurang suka hahaha. Bukan karena engga enak lho ya, tapi karena memang Bakuy engga suka makanan Arab. Karena menurut Bakuy makanan Arab itu aromanya doang yang kuat tapi engga ada rasanya :")

Pose ala ala pengendali pasir

Selama di Wadi Rum pula kita benar-benar terpisah dari teknologi. Ya engga terpisah-pisah banget sih, paling engga lampu ponsel masih bisa nyala jadi kita engga kesandung-sandung pas jalan malam-malam. Daaaan alasan Bakuy sengaja pilih tur yang overnight adalah karena Bakuy pengen lihat langit malam yang bersih tanpa polusi lampu! Bintang-bintang terlihat jelas sambil sesekali terdengar suara mesin pesawat terbang. Kondisinya benar-benar tenang meskipun sedikit ngeri mengingat kita engga tau makhluk apa yang ada di padang gurun seperti itu. Misalnya, folklor-folklor gitu haha. Kali aja ada jin penunggu gurun kan. Atau barangkali Bakuy bisa menemukan lampu ajaib :0

Foto di depan batu berbentuk jamur

Note : Bakuy sangat menyarankan untuk pilih tur yang bermalam. Suasana malam di tengah gurun akan menjadi satu pengalaman manis yang engga akan terlupakan. Bahkan waktu kita sampai di penginapan, ternyata di situ ada keluarga Jerman yang udah tinggal di sana selama seminggu! Wah, gila. Betah banget, ya? Bakuy sih engga ya. Semalam aja udah cukup kok sekadar untuk merasakan kondisi hidup suku Arab Bedouin di masa lalu.

Trekking menelusuri celah tebing batu

Note : waktu Bakuy, Wakuy, dan Adit tidur, tiba-tiba tengah malam kita dengar ada suara binatang liar gitu. Entah rubah atau musang, pokoknya dia gali-gali tanah di sekitar tendanya kita. Kita sih engga ambil pusing ya. Mungkin karena capek juga apalagi mengingat besok masih harus penerbangan panjang ke Jakarta. Jadi, oh kami biarkan engkau wahai binatang liar, masuklah engkau dan meleburlah ke dalam mimpi kami yang paling dalam...

See you, Wadi Rum!

Kembali ke Amman

Setelah perjalanan panjang selama sekitar 10 hari (dari Malaysia, Sri Lanka, Qatar, dan Jordania), akhirnya tiba juga saatnya untuk pulang. Waktu itu kita uda semangat pulang karena uda kangen makan makanan Indonesia terutama nasi Padang hoho. Pagi-pagi sekali, kita diantar sama orang Bedouin Directions ke rumahnya Mehedi untuk pamit dan melakukan pembayaran. Eh, ternyata si Mehedi masih tidur. Jadi yang terima pembayaran saudaranya dia. Tak lama kemudian datanglah taksi yang akan membawa kami ke Aqaba - kota paling selatan Jordania sekaligus satu-satunya tempat di Jordania yang punya akses ke laut (Laut Mati tidak dihitung sebagai laut, melainkan danau).

Berdasarkan jadwal, JETT Bus kami akan berangkat dari Aqaba jam 7 pagi. Jadi si sopir taksi bener-bener ngebut gila (asli ngebutnya parah. Bahkan si Adit sampai bilang dia uda pasrah gitu kalo misalkan ada apa-apa di jalan hahaha). Ga nyampe 1 jam, tau-tau kita uda sampai di Aqaba. Kelihatannya Aqaba ini kota paling modern di Jordania. Soalnya tata kotanya bener-bener rapi dan cantik, kurang lebih mirip pemandangan kota Tel Aviv kalau kita searching di google. Dari kejauhan sudah tampak Laut Merah yang berwarna biru (kok nama sama deskripsi engga nyambung ya?). Tapi sayangnya, kita engga ada waktu untuk eksplor Aqaba karena harus segera naik bus ke Amman.

Dari Aqaba ke Amman sekitar 6 jam perjalanan. Pokoknya kita sampai di 7th Circle Bus Station di Amman itu sekitar jam 1 siang. Dari sana ada bus yang langsung ke QAIA. Beli tiketnya di kaunter gitu harganya kalau ga salah JOD 3. Busnya warna kuning, tapi kalau teman-temankuy bisa baca huruf Arab itu sangat membantu karena di badan busnya ada tulisannya gitu kalau ga salah 'Matar Malika Al Aliya Ad Duwaly' (bagi yang bisa bahasa Arab mohon maaf ya kalau salah hoho ini cuman cara baca secara kasarannya aja). Kalau udah di bus, udah santai deh karena kalau lalu lintas lancar, sekitar 45 menit udah sampai ke bandara.

Visa

Visa Jordania sangatlah mudah bagi pemegang paspor Indonesia. Ada tiga opsi untuk mendapatkan visa Jordania, yaitu : 1) mengajukan permohonan visa ke Kedutaan Jordania di Jakarta, 2) menggunakan fasilitas Visa on Arrival (VoA) begitu tiba di Queen Alia International Airport, atau 3) pakai fasilitas Jordan Pass.

Untuk cara yang pertama, silakan baca prosedur resminya di situs ini. Menurut orang-orang sih visa Jordania itu gampang banget karena pasti disetujui. Hanya saja, harganya mahal karena single entry aja udah sejutaan (per April 2019). Untuk cara kedua, siapkan saja uang tunai JOD 40 atau USD 56 begitu sampai di Amman. Tapi saran Bakuy sih jangan pakai fasilitas ini. Kenapa? Berikut Bakuy jabarkan alasannya :

1. Kebijakan visa bisa berubah sewaktu-waktu. Jangan sampai H-1 keberangkatan tiba-tiba fasilitas VoA untuk WNI dicabut. Atau lebih parahnya lagi, baru tiba di bandara eh ternyata baru dapat informasi kalau WNI udah engga berhak lagi untuk dapat fasilitas VoA. Kan bisa berabe tuh. Jadi, selagi bisa, lebih baik engga usah VoA.

2. Antrean VoA kerapkali mengular. Belum lagi kalau ada orang yang bermasalah dan ketahan cukup lama. Bisa habis tuh waktu liburan kita yang berharga. Aturan bisa langsung ke imigrasi, eh gara-gara belum punya visa jadi harus antre visa dulu. Kan repot!

Nah, Bakuy sangat merekomendasikan cara yang ketiga yaitu dengan Jordan Pass. Karena di dalam Jordan Pass ini sudah meng-cover biaya visa juga. Tapi syaratnya harus tinggal di Jordania selama paling sebentar 4 hari 3 malam berturut-turut. Maksudnya, jadi selama 4 hari 3 malam itu harus stay di Jordania. Bukan 3 hari 2 malam di Jordania, trus keluar dulu ke Israel 2 hari, trus masuk lagi ke Jordania buat stay 1 hari 1 malam. Kalau ternyata engga sampai waktu minimal yang dipersyaratkan, nanti pas di imigrasi keluar Jordania akan ditagihin JOD 40. Btw, apa itu Jordan Pass? Silakan baca di bawah yah!

Jordan Pass

Berbeda dengan Lebanon, Pemerintah Jordania paham betul bahwa pariwisata merupakan kontributor penting bagi mesin perekonomian mereka yang rapuh. Oleh sebab itu, mereka membuat banyak sekali terobosan besar demi mempermudah wisatawan asing yang hendak mengunjungi Jordania. Salah satunya adalah Jordan Pass.

Jordan Pass merupakan semacam tiket terusan. Jadi diibaratkan Jordania ini merupakan sebuah theme park raksasa dan di dalamnya ada berbagai wahana. Akan sangat repot kalau di tiap wahana, turis harus mengeluarkan uang untuk membeli tiket. Jadi dibuatlah Jordan Pass yang mencakup sebagian besar dari wahana-wahana tersebut.

Terdapat tiga macam Jordan Pass yakni Jordan Wanderer, Jordan Explorer, dan Jordan Expert. Harganya masing-masing JOD 70, JOD 75, dan JOD 80. Perbedaannya cuma jumlah masuk ke Petra sahaja, di mana Jordan Wanderer hanya untuk single entry, Jordan Explorer untuk double entry, dan Jordan Expert untuk triple entry. Selebihnya sama aja engga ada bedanya. Bagi teman-temankuy yang ingin ke situs pembaptisan, bisa tambah JOD 8 (nantinya akan menghemat JOD 4 karena tiket masuk ke situs pembaptisan adalah JOD 12). Sekilas Jordan Pass ini memang terasa mahal, tapi coba bayangkan, kalau kita tidak pakai Jordan Pass, harga VoA adalah JOD 40, ditambah tiket masuk single entry ke Petra JOD 50. Belum lagi tiket masuk destinasi-destinasi wisata lainnya. Jadi dari hitung-hitungan kasar ini sudah ketahuan kalau Jordan Pass itu sangat menghemat pengeluaran!

Selain lebih murah, Jordan Pass ini sangat membantu sekali karena kita tidak perlu antre setiapkali memasuki tempat wisata. Kita cuma perlu nunjukin Jordan Pass nanti bakal dipindai sama petugasnya dan udah. Ohiya, Jordan Pass ini HARUS DICETAK FISIK YAH! Jadi engga boleh cuman dalam bentuk softfile karena nanti dianggap engga valid.

Mata Uang

Mata uang Jordania adalah Jordanian Dinar (JOD). Waktu Bakuy ke Jordania tahun 2018 lalu, 1 JOD setara dengan IDR 19ribu. Asli, ini adalah mata uang paling mahal yang pernah Bakuy rasakan. Di samping itu, JOD tidak bisa didapatkan dengan mudah di Jakarta. Kalaupun ada, jumlahnya terbatas dan rate-nya pun kurang baik. Jadi Bakuy sangat menyarankan teman-temankuy untuk bawa USD dan ditukar di sana.

Kabar baiknya adalah Jordania cukup familiar dengan IDR. Bakuy sempat tukar IDR ke JOD waktu di kota Wadi Musa dan engga ada masalah, cuman rate-nya aja yang kurang bagus. Tapi berhubung Bakuy cuma nukar IDR 150ribu, jadi ruginya engga gitu kerasa.

Transportasi

Transportasi publik di Jordania masih sangat terbatas karena belum ada transportasi massal berbasis rel. Pilihannya cuma dua, yaitu taksi atau bus. Kalau pilih taksi lebih nyaman, tapi tentu saja sangat mahal dan rawan penipuan. Kalau naik bus lebih murah, tapi mereka tidak punya skedul yang pasti. Pun informasi di internet juga masih sedikit.

Di antara operator-operator bus antarkota yang beroperasi di Jordania, Bakuy cuma pernah menggunakan layanan JETT Bus dan sangat puas. Mereka cukup tepat waktu, rutenya banyak, dan ada kantor resminya yang bisa kita tanyai dan mintai pertanggungjawaban jika terjadi sesuatu. Selain itu, mereka juga punya situs web dan surel yang terpercaya. Jadi JETT Bus merupakan pilihan yang tepat untuk teman-temankuy yang ingin mengeksplor Jordania dengan harga terjangkau.

Untuk transportasi dalam kota, Bakuy benar-benar bergantung pada taksi. Itulah sebabnya ke Jordania lebih cocok beramai-ramai karena bisa berbagi ongkos taksi. Kalau sendirian pasti kerasa banget mahalnya.

Note : Jordania adalah tujuan wisata yang populer terutama bagi turis Eropa, sehingga scam begitu banyak terjadi. Usahakan jangan terlalu sering bertanya ke orang asing. Jika teman-temankuy benar-benar butuh bertanya, tanyalah ke petugas yang resmi seperti staf bandara atau sekuriti. Jika tidak ada, cobalah sebisa mungkin bertanya pada perempuan. Berdasarkan pengamatan Bakuy di sana, perempuan Jordania cenderung lebih ramah dan jujur ketimbang laki-laki.

Akomodasi

Di Amman, Bakuy, Wakuy, dan Adit menginap di Jordan Tower Hostel yang 3-guests dorm. Jadi di ruangan itu cuma ada tiga bed untuk kita aja. Kamar mandinya sharing di luar. Untuk lokasi, hostel ini oke banget karena berada di pusat kota Amman dan hanya perlu jalan kaki untuk ke Amman Citadel dan Roman Amphitheatre. Pun mereka menyediakan rental mobil dan sopir yang terpercaya. Terbukti dengan adanya Abdallah yang jadi sopir pribadi kami selama tur ke situs pembaptisan, Laut Mati, Mount Nebo, dan Madaba. Hanya saja, kami sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan terkait konfirmasi ke JETT Bus sehingga Bakuy sangat kecewa. Entah ini mereka memang scam atau sekadar miscommunication, tapi itu sudah menjadi catatan tersendiri dalam buku harian perjalanan Bakuy.

Ohiya, toiletnya sempat mampet dan ini sangat ngeselin. Kenapa bisa mampet? Karena turis-turis Kaukasian itu kan kalau cebok pakai tisu ya, nah mereka pada buang tisu ke lubang WC. Jadinya mampet parah. Asli Bakuy kesel banget kalau udah berurusan sama yang kayak beginian. Kan jijik ya mandi di dekat toilet mampet yang ada tokainya :(

Untuk harganya sih murah ya cuma JOD 87 bertiga untuk 2 malam termasuk sarapan. Waktu itu kita pesan pas lagi ada potongan harga soalnya hoho.

Kemudian di Wadi Musa (Petra) kita menginap di Sabaa Hotel. Lokasinya engga gitu dekat ama Petra tapi masih bisa ditoleransi, lah. Harganya JOD 40 bertiga untuk 1 malam. Udah termasuk sarapan juga dan dapur yang bisa dipakai kapan saja. Trus mereka juga jual pop mie hoho jadi kita bisa beli buat bekal ke Wadi Rum.

Di Sabaa Hotel kita juga pesan kamar yang dorm 3 orang, jadi di ruangan itu cuma ada kita bertiga. Kamar mandinya private dan engga mampet hehe. Overall, ini lebih mending sih daripada yang di Amman.

Kesimpulan

Jordania adalah negara yang cantik dan unik. Walaupun gersang dan terik, negeri ini menyimpan banyak sekali kekayaan sejarah dan alam. Ribuan tahuan peradaban manusia di wilayah ini telah dijaga dengan sangat baik oleh orang Jordania yang stabil dibandingkan masyarakat di negeri-negeri tetangganya. Jika diibaratkan sebagai manusia, Jordania itu adalah seorang gadis yang cantik. Dia adalah gadis manis yang diinginkan oleh pria manapun di dunia ini.

Akan tetapi, Jordania juga merupakan sarang dari banyak sekali pelaku scam, yang diibaratkan seperti gerombolan penyamun. Mereka inilah yang membuat si gadis cantik itu sangat diwaspadai oleh banyak orang. Bukan karena ia tidak menarik, tapi karena ada begitu banyak gerombolan penyamun di sekitarnya. Meskipun ini lumrah sebagai negeri yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai mesin ekonominya, tapi tetap saja bagi para pelancong asing ini adalah gangguan. Semoga Pemerintah Jordania dapat membuat lebih banyak terobosan untuk mengurangi penipuan-penipuan ini.

Meskipun Bakuy, Wakuy, dan Adit kena scam beberapa kali di Jordania, tapi jika ditanya apakah kapok ke Jordania atau tidak, jawabannya tentu tidak! Jordania adalah gudang harta karun yang membutuhkan usaha keras untuk menaklukkannya. Dan banyaknya scam bukanlah alasan untuk sama sekali tidak menjadikan negara ini sebagai destinasi impian!


Comments


You Might Also Like:

20220525_001003[1]
20190920_143037
20191207_141107
20220524_162459[1]
20191201_175832
20190918_081423%20(1)_edited
20190727_094635_edited
20190921_112855
20191202_124237
Church of the Savior on Blood, Saint Petersburg, Russia
About Me

Bayu, atau yang (belakangan ini) kerap dipanggil Bakuy, merupakan orang biasa yang memutuskan menjadi seorang solotraveler sejak tahun 2015. Pengalaman traveling-nya mungkin masih sangat minim, tapi kisah-kisah seru seorang solotraveler membuatnya tak tahan untuk tidak berbagi cerita dengan banyak orang

 

Read More

 

Join my mailing list

Bakuyyyy

Subscribe di sini ya teman-temankuy!

bottom of page